MAKALAH RELEVANSI NILAI NILAI KEARIFAN LOKAL PERINGATAN HAUL GUS DUR DALAM RANGKA PENEGUHAN SEMANGAT PERSATUAN BANGSA - ILMU BAROKAH MANFAAT

Recent

Post Top Ad

Responsive Ads Here

Post Top Ad

Responsive Ads Here

Sunday, January 1, 2017

MAKALAH RELEVANSI NILAI NILAI KEARIFAN LOKAL PERINGATAN HAUL GUS DUR DALAM RANGKA PENEGUHAN SEMANGAT PERSATUAN BANGSA

BAB 1. PENDAHULUAN
Latar Belakang
Gus Dur merupakan salah satu presiden dari Republik Indonesia. Beliau merupakan presiden keempat dari negeri ini. Nama lengkapnya adalah Abdurrahman Ad-Dakhil. Namun karena beliau Ki adalah putra dari Kyai Haji Wahid Hasyim putra dari Kyai Hasyim Asy'ari yang merupakan pendiri dan Rais Akbar dari organisasi Nahdlatul Ulama maka orang lebih banyak menyebutnya Abdurrahman Wahid atau Gus Dur. Memang sebenarnya nama beliau dari kecil Bukankah Abdurrahman Wahid dan orang awam tidak banyak mengetahui akan hal ini. Beliau dilahirkan pada tahun 1940. Mengenai tepatnya tanggal lahir beliau terdapat perbedaan pendapat. Ada yang menyatakan beliau lahir pada tanggal 4 Agustus 1940. Hal ini berdasarkan data di sekolah awal Gus Dur yakni sekolah dasar beliau. Menurut Aguk Irawan dalam bukunya yang berjudul Peci Miring Novel Biografi Gus Dur dijelaskan bahwa sebenarnya beliau lahir pada tanggal 7 September 1940. Hal ini dikarenakan perbedaan data yang terjadi saat Gus Dur ditanya tentang tanggal lahirnya semasa mendaftar ke SD KRIS. Karena saat itu Gus Dur lebih hafal dengan bulan bulan Qomariah daripada penanggalan bulan bulan Syamsiah. Gus Dur dilahirkan di denanyar Jombang rumah Kyai Bisri Syamsuri kakek beliau dari ibu. Saat sebelum beliau memasuki usia sekolah dasar ayahnya ditunjuk menjadi Menteri Agama Republik Indonesia sehingga beliau pindah ke Jakarta dan belajar di kota tersebut.
Semasa muda Saat memasuki usia sekolah menengah pertama SMP Gus Dur melanjutkan sekolahnya tidak lagi di Jakarta, akan tetapi melanjutkan sekolah di Yogyakarta. Setelah sekolah dasar Gus Dur melanjutkan pendidikannya Sekolah Menengah Ekonomi Pada (SMEP) Gowongan Yogyakarta. Pada mulanya ayo sekolah sambil mondok Krapyak, namun karena tidak betah akhirnya ibunya memindahkannya ke rumah Haji Junaedi yang merupakan salah satu teman dari Kyai Wahid. Disinilah Gus Dur banyak mendapatkan pengajaran-pengajaran tentang agama, seni, filosofis, hal-hal lain yang menarik. Di Yogyakarta ini pun menonton pertunjukan wayang kulit yang sering dipentaskan pada hari Sabtu malam Minggu. Beliau juga mempunyai kenalan seorang dalang yang darinya beliau banyak mengetahui tentang perwayangan. Setelah beliau lulus dari Sekolah Menengah Ekonomi Pertama maka beliau melanjutkan pendidikannya ke pesantren Tegalrejo di Magelang. Pesantren yang dipimpin oleh Kyai Chudlori ini menjadi tujuan Gusdur untuk menimba ilmu. Di pondok ini Gus Dur mendapatkan pengajaran agama yang sangat luar biasa. Beliau dapat menghitamkan kitab Alfiah Ibnu Malik dan mendapat pengajaran tentang sufistik dari Kyai Chudlori. Saat mondok di sini pulang beliau dengan tekun dan rutin membaca karya legendaris dari Karl Marx yang berjudul Dasar Kapital dalam bahasa Jerman.
Setelah Gus Dur menyelesaikan pendidikannya Tegalrejo, beliau Lantas lanjutkan studinya universitas Al Azhar Mesir. Disana waktu-waktu beliau banyak dihabiskan untuk pergi ke perpustakaan dan menonton film. Begitulah kebiasaannya hingga buku-buku di perpustakaan dekat Sungai Nil itu tak lagi mampu membendung hasrat keingintahuan Gus Dur akan ilmu pengetahuan. Tak sampai yang menyelesaikan studinya di universitas al-azhar Gus Dur melanjutkan perjalanannya ke Baghdad Iraq. Buku-buku pergi perpustakaan kota itupun tak luput menjadi sasarannya. Tak sampai disitu saja Bahkan beliau melanjutkan perjalanannya negara-negara barat seperti Inggris, Perancis, Spanyol, bahkan ke Amerika Serikat.
Langkah-langkah beliau dalam hidupnya panjang dan mengagumkan. Pada tahun 1984, saat Muktamar NU di Situbondo beliau terlibat langsung dalam penyusunan pengawalan dari penerimaan asas tunggal Pancasila. Dan pada saat itu pula dalam Usia 44 tahun beliau terpilih sebagai ketua umum PBNU. Selamat kepemimpinan beliau menjadi ketua PBNU, pesantren pesantren menjadi lebih dikenal tidak hanya dikalangan Nasional namun juga internasional. Sejak saat itu sudat pandang orang asing mengalami perubahan. Kini peneliti peneliti asing lebih tertarik pada Nahdlatul Ulama dibandingkan dengan rivalnya Muhammadiyah.
Saat Gus Dur menjadi presiden beliau menetapkan hari raya Imlek sebagai hari libur nasional. Tentu hal ini disambut antusias oleh seluruh umat Tionghoa yang selama berpuluh-puluh tahun keberadaannya tidak terlalu diperhatikan oleh pemerintah. Hari ini justru semakin membuktikan bahwa Gus Dur benar-benar menerapkan konsep pluralisme. Namun demikian perlu juga kita ketahui bahwa dengan diakuinya kaum Tionghoa dan Seluruh aktivitas keagamaannya maka kestabilan kehidupan berbangsa dan bernegara menjadi lebih terjamin.
Pasca wafatnya Gus Dur orang berbondong-bondong baik perseorangan maupun kelompok mengatasnamakan dirinya sebagai bercinta Gus Dur. Tentu apa yang mereka lakukan ini bukanlah sesuatu yang mereka lakukan tanpa landasan dan pemikiran. Sungguh sebuah hal yang tidak lazim terjadi mengingat beliau tak begitu lama pemimpin bangsa ini. akan tetapi skala perilaku dan kegiatan beliau sudah banyak menginspirasi masyarakat umum dalam menjalankan kehidupan berbangsa dan bernegara. Haul beliaupun setiap tahun di berbagai tempat oleh berbagai kalangan berbagai kepercayaan bahkan beragam etnis. Hal inilah yang menjadi menarik bagi saya dan melatarbelakangi penulisan makalah ini. Karena pasti ada sesuatu yang mampu menggerakkan masyarakat dalam jumlah yang begitu banyak untuk mengenal dan melanjutkan perjuangan cita-cita Gus Dur. Jadi inilah beberapa ulasan-ulasan mengenai keselarasan peringatan Haul Gus Dur terhadap pengakuan kehidupan berbangsa dan bernegara.

1.2 Rumusan masalah
Gus Dur memang merupakan salah satu tokoh yang paling dihormati dan disegani bahkan setelah beliau wafat. Masyarakat Indonesia menaruh cinta dan hormat kepadanya. banyak hal-hal menarik yang dapat kita teliti terutama tentang peringatan-peringatan wafatnya beliau. Berdasarkan penjelasan yang sudah saya Uraikan foto latar belakang maka rumusan makalah ini adalah sebagai berikut:
Siapa sajakah pengaruh cinta Gus Dur dan apakah mereka terwadahi dalam satu komunitas ataupun organisasi.?
Apakah peringatan Haul itu.?
Adakah relevansi nilai-nilai kearifan lokal dalam peringatan Haul Gus Dur terhadap peneguhan berbangsa dan bernegara.?
1.3 Manfaat Penelitian
Sebuah karya tulis dalam penulisannya memiliki sebuah tujuan yang ingin diwujudkan oleh penulisnya. Tujuan tersebut pada hakekatnya memiliki harapan agar dapat memiliki manfaat bagi lingkungan sekitar terutama dalam menopang kehidupan berbangsa dan bernegara. Tak ubahnya makalah yang saya tulis ini. Saya mempunyai harapan besar agar apa yang saya tulis ini bermanfaat bagi setiap pembacanya dan bagi orang yang memiliki kecintaan terhadap Gus Dur dan negara kesatuan Republik Indonesia. Tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
Untuk mengetahui para pecinta Gus Dur dan perkumpulan perkumpulan yang mewadahi mereka.,
Untuk mengetahui apa sebenarnya Haul itu dan pelaksanaanya.,
Untuk mengetahui relevansi nilai-nilai kearifan lokal dalam peringatan peringatan Haul Gus Dur terhadap peneguhan kehidupan berbangsa dan bernegara.
Selain tujuan dengan membaca makalah ini makan pembaca akan dapat memperoleh beberapa manfaat berikut ini:
a. Dapat mengetahui pecinta Gus Dur dan perkumpulan perkumpulan yang mewadahi mereka.,
b. Dapat mengetahui seputar haul dan pelaksanaanya.

C. Dapat mengetahui relevansi nilai-nilai lokal dalam peringatan Haul Gus Dur terhadap peneguhan kehidupan berbangsa dan bernegara.
1.4 Metode penulisan
Sebuah karya tulis memerlukan sistematika yang jelas dalam penulisannya. Hal ini bertujuan agar setiap tulisan yang dihasilkan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah dan mempermudah pembacanya untuk memahaminya. Hal ini sungguh sangatlah penting Namun demikian banyak orang yang mengabaikannya. Dalam penulisan makalah ini saya menerapkan beberapa tahapan yang beberapa diantaranya dijelaskan oleh Creswell. Keantaraan tahapan-tahapan tersebut adalah:.
a. Memilih beberapa referensi terkait Gus Dur.,
b. Memilih artikel jurnal untuk bahan tinjauan.,
c. memilih teori yang sesuai dengan pembahasan.
d. Memilih beberapa peringatan Haul Gusdur sebagai pembahasan.,
e. Mengambil kesimpulan dan memberikan saran.




BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Gus Dur dan Pemikiran Liberalisme
GUSDUR sebagai seorang aktivis dan pemikir, selalu menuangkan pemikirannya dengan tulisan. Metode penulisan bagi setiap orang pemikir mestilah berbeda, ini dipengaruhi oleh latar belakang, keilmuan, wawasan dan keadaan seorang penulis tersebut. Sehingga, hal ini juga boleh kita lihat dalam tulisan tulisan Gus Dur yang menulis dan merespon berbagai bagai masalah umat dalam masa, keadaan dan sudut pandang yang berbeda beda. menurut Djohan Efendi, seorang intelektual terkemuka pada masanya, menilai Gus Dur adalah seorang pencerba, mencerna semua pemikiran yang dibacanya, kemudian diserap menjadi pemikirannya sendiri. Sehingga tidak heran jika tulisan tulisannya jarang menggunakan nota kaki. Inilah yang menjadikan tulisan tulisan Gus Dur terkadang sangat susah untuk dipahami orang, kiranya perlu kepada tafsiran tafsiran untuk memerjelas apa matlamat tulisan tersebut
Menurut Greg Barton, karya tulis Gus Dur sepanjang tahun 1970 bisa dibagi menjadi dua hal. Pertama, mula 1970 hingga akhir 1977, masa ini Gus Dur memfokuskan tulisannya pada kehidupan pesantren. Dan tulisan tulisan tersebut telah dibukukan dalam Bungai Rampai Pesantren: Kumpulan Karya Tulis Abdurrahman Wahid. Bunga rampai ini memuat 12 artikel merupakan sebuah buku yang keseluruhannya membahas masalah masalah pesantren. Pada tahun 1977 Gus Dur pindah ke jakarta sehingga membuatnya lebih terkenal karena beliau semakin produktif dalam menulis, yang kedua ini bermula pada tahun 1978 hingga 1981 Gus Dur menulis buku Muslim di Tengah Pergumulan. Buku ini adalah hasil kumpulan tulisannya yang memuat 17 artikel. Pada masa ini Gus Dur sudah mulai muncul sebagai intelektual publik. sebab beliau sering tampil dikalangan intelektual jakarta dan menulis banyak esai dimedia media jakarta, khasnya dimajalah Tempo.
Dalam dua buku tersebut diatas, kesatuan tema yang dikemukakan Gus Dur boleh disimpulkan sebagai respon terhadap modeniti. Fokus utama dalam buku pertama adalah apresiasi dan pemeliharaan kebaikan subkultul pesantren, manakala buku kedua lebih sebagai penjelasan terhadap kompleksnya masalash yang ada dalam merespon tantangan modeniti.
Manakala buku Kyai Nyentrik Membela Pemerintah, merupakan  kumpulan karya esai esai Gus Dur yang ditulis pada awal 1980 an. Pada masa ini Gus Dur banyak menggunakan metodologi ilmu sosial untuk menjelaskan ideologinya, oleh sebab itu buku ini disebut oleh penerbitnya sebagai “Antropologi Kyai”. Karena banyak membahas sisi lain dari pemikiran dan kehidupan para kyai yang tidak banyak diketahui orang, bahasan Gus Dur diarahkan pada titik yang  menggemparkan dari setiap persoalan dari individu kyai yang dibahasnya. Buku ini memuat 26 artikel.
Selanjutnya buku Tuhan Tidak Perlu dibela, merupakan usaha Gus Dur dari sisi lain. Buku ini mengajak kita untuk memikirkan kembali persoalan persoalan kenegaraan, kebudayaan dan keislaman. Hubungkaitnya dengan agama, buku ini membahas masalah agama dan kekerasan politik yang akhir akhir ini banyak berlaku. Agam dan kekerasan menjadi perhatian Gus Dur karena sering menimbulkan tafsiran yang bermacam macam. Menurut Gus Dur, kekerasan politik merupakan akibat dari perilaku kaum fundamentalis agama yang berakar pada fanatisme. Buku ini terdiri dari tiga bab. Bab pertama membahas tentang “Refleksi Kritis Pemikiran Islam”. Bab ini memeuat 17 artikel. Bab kedua tentang “ Intensitas Kebangsaan dan Kebudayaan” yang memuat 25 artikel dan bab ketiga tentang “Demokrasi Ideologi dan Politik Pengalaman Luar Negeri” memuat 21 artikel.
2.2 Merawat Tradisi Membangun Harmoni: Tinjauan Sosiologis Haul dan Sedekah Bumi di Gresik
Menurut Mustolehudin bahwa praktik tradisi haul yang dilakukan masyarakat Gresik, telah mengalami pergeseran atau perubahan dari waktu kewaktu. Jika diruntut kebelakang, tradisi ini telah ada pada masa akhir pemerintahan Sunan Prapen yaitu sekitar tahun 1590 M. Beliau menjabat sebagai raja pada dari tahun 1548 sampai 1606 M. Menurut Mustakim (2010) pada waktu itu sunan prapen membanguin cungkup makam Sunan Giri. Hal ini dilakukan untuk menghormati Sunan Giri atau Raden Paku. Sebagai cucu Sunan Giri, Sunan Prapen memberikan penghormatan kepada kakeknya dengan cara membangun makam beliau. Dalam masa pembangunan makam tersebut dimungkinkan Sunan Prapen melakukan perubahan dalam tata cara penghormatan kepada kakeknya. Dari praktik penghormatan kepada Sunan Giri inilah, tradisi penghormatan kemakam wali berkembang dari masa kemasa.
Menegenai praktik tradisi haul di Gresik, tokoh agama di Gresik menjelaskan bahwa tradisi haul dilaksanakan atas tiga alsan utama. Pertama, adalah untuk mengembalikan wibawa Sunan Giri karena ada serangan dari kerajaan Majapahit. Setelah Sunan Giri wafat, pemerintahan digantikan anaknya Sunan Dalem, baru tiga tahun memerintah beliau meninggal sehingga pemerintahan tidak stabil. Kemudian pemerintahan diganti oleh Sunan Prapen dan beliau ingin mengembalikan kewibawaan ini melalui tradisi haul dengan tata cara mengungkap sejarah kakeknya. Kedua, adalah untuk membangkitkan semangat ibadah. Ketiga, untuk membangkitkan semangat perjuangan dan kerukunan.
Tradisi kekuasaan rohani yang dibangun oleh Sunan Prapen, selanjutnya diteruskan oleh salah seorang muridnya yang berasal dari Lamongan yakni Ki Sindujoyo yang menetap di Gresik. Menurut penuturan warga terdapat dua makan KI Sindujoyo yang satu berada di samping kanan luar makam Sunan Prapen dan yang satu terdapat di Desa Lumpur Gresik.
Terkait dengan tradisi haul di Lumpur Gresik, jika dirunut maka tradisi ini telah dilakukan sekitar tahun 1548 M atau kurang lebih lebih berumur 424 tahun. Setiap tahunnya tradisi ini dilakukan untuk memberi penghormatan kepada para wali khususnya dan para ulama, kyai dan tokoh agama yang mempunyai pengaruh. Upacara ritual yang dilakukan oleh masyarakat Lumpur khusunya dan Gresik pada umumnya, didahului dengan mengadakan ziarah (nyekar) kemakam Sunan Giri, Sunan Prapen dan sunan sunan yang lain serta tidak lupa pula ziarah (nyekar) ke makam Ki Sindujoyo.
Dalam tradisi perkembangannya tradisi haul di kelurahan Lumpur mengalami pasang surut dan pergeseran. Menurut keterangan (wawancara dengan Arsyad, 14 Maret 2014) pada sekitar sebelum tahun 1965 tradisi haul dinamakan Wayang Bumi atau juga disebut Sedekah Bumi. Wayang Bumi seperti dijelaskan Luhung, mitologi ini ada karena Buyut Poleng berasal dari ular ular yang menjelma menjadi manusia yang datang menemui seseorang dan menyuruh penduduk mengadakan Wayang Bumi dengan maksud mengenang Sindujoyo. Tradisi ini diadakan dengan menyerahkan hasil tangkapan ikan kepada panitia Wayang Bumi. Prosesi Wayang Bumi diawali dengan menyembelih sapi dibalai Gedhe, kemudian melekan (tidak tidur dimalam hari) di Balai Gedhe, wayangan, bandungan, tandaan tiga hari tiga malam, dan mecah endhas. Karena dalam tradisi ini terdapat kegiatan yang yang mengandung unsur maksiat yaitu minum minuman keras, maka para ulama pada waktu itu berusaha untuk meluruskan tradisi Wayang Bumi (Dukut 2004: 320-322).
Menurut penuturan Mustakim, mantan kepala desa yang menjabat di Desa Lumpur sejak 1988 hingga 2001 menjelaskan tentang kondisi masyarakat Lumpur sebagai berikut :
“Dahulu masyarakat Desa Lumpur sering melakukan kegiatan yang berbau maksiat. Contohnya suka minum – minuman keras. Tradisi negatif ini puncaknya pada perayaan Wayang Bumi atau Sedekah Bumi. Sejak tahun 1965 secara berangsur – angsur melalui Kyai Nur dan Kyai Sahlan masyarakat disadarkan akan bahaya minuman keras, dan dikenalkan dengan ajaran Islam. Saya sebagai kepala desa pada saat itu melakukan perubahan dengan bahasa agama. Oleh karena itu Wayang Bumi yang tadinya penuh dengan perbuatan maksiat oleh Kyai Nur dan Kyai Sahlan dalam tradisi itu diselipi dengan nilai – nilai ajaran agama islam, seperti siarah, tahlil, khotmil Qur’an dan manaqiban.”
haul dilakukan oleh semua masyarakat. Masyarakat secara sukarela bergotong royong untuk mengadakan tradisi ini dengan menyumbangkan hasil tangkapan ikan yang dikelola oleh LKMD Desa Lumpur. Mengenai upacara tradisi ini, tata cara ritual haul dijelaskan sebagai berikut :
“Pertama semua warga masyarakat melakukan nyekar (ziarah) ke makam Sunan Prapen dan makam Sindujoyo dengan berjalan kaki dan pada saat sekarang menggunakan kendaraan, pernah suatu saat kendaraan bak terbuka yang digunakan hingga mencapai 100 kendaraan lebih. Berikutnya, pada malam harinya diadakan pembacaan wacan Sindujoyo yang dibaca dengan macapatan oleh Bapak Nur Ngaidi. Pada Hari berikutnya diadakan mujahadah dengan membaca surat yasin dan tahlil, kadang dengan khataman al – Qur’an 30 juz yang dibaca seharian, malamnya diadakan pembacaan Manaqib Syaikh Abdul Qadir al – Jailani dan terkadang diisi pengajian. Pernah suatu saat mengundang H. Rhoma Irama dan Gus Mus (Mustofa Bisri) untuk mengisi pengajian di acarakhaul tersebut.”
Selain kegiatan diatas, terkadang juga ditampilkan pula hadrah atau kasidah, kemudian pencak macam untuk menyemarakkan tradisi ini. Berbagai acara tradisi haul diatas, yang dilaksanakan oleh semua warga masyarakat Kelurahan Lumpur sesungguhnya mempunyai tujuan yang sangat baik dan mulia. Dari segi upacara keagamaan dapat meningkatkan semangat untuk beribadah kepada Allah dan menjauhi atau mengurangi hal – hal yang berbau maksiat.
Kepercayaan kepada yang ghaib sesungguhnya dalam ajaran Islam diperbolehkan, tetapi jika percaya kepada animisme dengan mengkultuskan tokoh tertentu dalam ajaran Islam tidak diperbolehkan. Tradisi haul yang dilaksanakan secara rutin setiap tahun oleh masyarakat Kelurahan Lumpur dalam pandangan Geertz (1985: 32), bahwa komunitas masyarakat kelurahan Lumpur telah melakkan solidaritas sosial.
Penghormatan kepada roh leluhur oleh Frazer dalam Pals (2011:28) diasosiasikan dengan teori agama (kepercayaan atau magis) dan Tylor mengangap sebagai praktek animisme. Sistem kepercayaan agama masyarakat Kelurahan Lumpur yang memiliki kepercayaan terhadap roh suci (wali) atau dayang desa dapat dikatakann sebagai perwujudan penghormatan kepada para wali yang telah menancapkan fondamen dasar keimanan mereka kepada Yang Maha Kuasa. Perubahan sosial dari masa ke masa di Gresik tidak terlepas dari peran para wali yang telah berjasa dalam bidang agama, ekonomi (melalui jalur dagang), politik (dibangunnya kerajaan Giri Kedaton), dan budaya – budaya yang lekat dengan kondisi sosio masyarakat Gresik.
Melalui prakter tradisi haul sesungguhnya masyarakat Desa Lumpur telah melakukan perubahan sosial untuk kemajuan masyarakatnya. Nilai kerukunan yang terdapat dalam tradisi ini dapat digambarkan dengan terjadinya komunikasi antar anggota masyarakat. Melaui ziarah wali (nyekar) kepada tokoh atau dan yang desa, semua elemen masyarakat terlibat, baik anak – anak , remaja, maupun orang tua yang secara aktif mengikuti tradisi ziarah yang merupakan peninggalan warisan budaya masa lalu yaitu sejak masa kerajaan Giri Kedaton yang dipimpin oleh sunan prapen. Sunan prapen berusaha untuk mengembalikan wibawa pemerintah kerajaan saat itu dengar mengadakan haul untuk memperingati Prabu Satmata atau dikenal dengan Sunan Giri atau Raden Paku.
Demikian pula dalam upacara pembacaan kitab suci, mendoakan arwah dengan membaca surat yasin, tahlil, Khotmil Qur’an (bi al-Ghoib dan bi an Nadlor) yang dilakukan secara bersama, menjadi simbol kerukunan intern beragama masyarakat Muslim di kelurahan Lumpur. Masyarakat Kelurahan Lumpur yang pada masa lalu cenderung kurang beradab, pada masa sekarang dengan tradisi keagamaan yang sangat kental semakin harmonis dalam membangun hubungan dengan sesama anggota masyarakatnya.
2.3 Pemikiran Keagamaan & Kebangsaan Gus Dur
Pluralitas dalam kenyataan adalah terjadinya keanekaragaman dalam berbagai bentuk baik bentuk kedaerahan, kebudayaan, keagamaan, kesukuan dan adat istiadat. Saat ini menurut Amin Abdullah, sdangat sulit untuk memepertahankan paradigma tunggal dalam wacana apapun, semuanya serba beranekaragam dan semuanya harus dipahami secara multidimentiak approach.
Islam mengakui kenyataan kenyataan plural dikategorikan sebagai fitrah dan takdir yang telah ditetapkan oleh Allah Swt bagi seluruh manusia. Manusia tidak pernah menjadi hanya satu tipe dan persamaan yang terus  menerus tetapi diwarnai oleh berbagai hal yang menyebabkan munculnya perbedaan. Hal tersebut sejalan denfgan firman Allah, QS. Hud (11) : 118-119.
Membicarakan pluralisme, Gus Dur tak jarang menghubungkannya dengan agama, karena agama inilah yang sering dipolitisir, dimanfaatkan dan menjadikan alasan oleh mayoritas dalam menindas dan menekan secara diam diam kaum minoritas. Pandangan Gus Dur terhadap pluraalisme tercermin pada sikapnya yang terlalu sering membela kaum minoritas termasuk etnis china dan non muslim dengan memberikan peluang peluang kepada mereka untuk mendapatkan posisi strategis dalam negara. Contoh ketika pemimpin tabloid Monitor Arswendo Atmowiloto menempatkan Nabi Muhammad saw pada urutan ke-11 di anatara tokoh indonesia dan dunia. Umat islam secara spontan bereaksi dan meminta agar SIUPP tabloid di cabut, lalu Gus Dur mengatakan;
Saya tidak setuju dengan SIUPP apapun. Bawalah ke pengadilan, itulah penyelesaiannya yang terbaik. Bung Karno zaman kolonial dia dihukum oleh pemerintah kolonial, tapi dia membuatr pledoi dalam Indonesia Menggugat, dan itu yang menjadi pegangan khidup bangsa kita saat ini.
Dengan demikian, tampak bahwa Gus Dur memberikan pelajaran kepada rakyat untuk menghargai otoritas pengadilan dan tidak bertindak menghakimi sendiri. Lagi pula seakan seakanmayoritas ini ingin menghancurkan Arswendo dengan dalih penghinaannya lewat tabloid Monitor, padahal hanya sentimen karena Arswendo bukamnlah seorang muslim tetapi kristen. Lebih lanjut Gus Dur mengatakan:
“saya ingin muslimin ini mendewasakan diri dalam pandangan agama mereka sendiri dan melakukan hal hal konstruktif, pemekaran cakrawala umat, pembinaan kembali akhlak umat hingga mencapai keseimbangan optimal antara emosi dan rasio”.
2.4 Weber dan Teori Kepemimpinan
Max Weber adalah salah satu tokoh sosiolog dari jerman yang hidup antara 1864 hingga 1920. Banyak catatan beliau mengenai dunia sosiologi yang kemudian menjadi sumber rujukan bagi setiap peneliti. Diantara karyanya adalah etika protestan dan spirit kapitalisme, sosiologi agama, sosiologi, dan teori analisi kebudayaan. Teori teori beliau yang terkenal diantaranya VERSTEHEN, teori birokrasi, teori rasionalitas, dan kepemimpinan atau pemberian wewenang otoritas.
Setiap rakyat memiliki landasan untuk percaya terhadap tokoh tokoh panutannya. Terkait hal tersebut menurut Weber ada tiga macam, yaitu: a) legal formal, yaitu penyerahan wewenang atau otoritas melalui jalur demokrasi. b) tradisional yakni pemberian wewenang atau otoritas kepada seseorang dikarenakan garis keturunan atau monarki. c) otoritas karismatik yaitu pemeberian wewenang kepada seseorang dikarenakan orang tersebut secara alamiah memiliki bakat memuakau orang lain dengan perkataan dan perilakunya.











BAB 3. PEMBAHASAN
3.1 Gus Dur dan pemikirannya mengenai Budaya, Agama, Negara, dan Persatuan Bangsa
3.1.1 Gus Dur dan pemikirannya mengenai budaya
Sebuah bangsa yang besar juga memiliki kebudayaan yang beragam dan banyak dikenal di kalangan luas. Negara kita adalah negara dengan jumlah pulau lebih dari 17000 pulau dan memiliki suku lebih dari 350 suku dengan jumlah bahasa lebih dari 700 bahasa. Dengan banyaknya suku bahasa tersebut Indonesia memiliki budaya yang bermacam-macam dan sulit untuk menghitung produk budaya kita.
Negara kita memang bukanlah sebuah negara yang ditinggali oleh 1 suku ataupun satu bahasa saja. Akan tetapi keberagaman dan kebhinekaan sudah menjadi ciri khas negara kita sejak negara ini diproklamirkan tahun 1945. Oleh sebab itu budaya yang begitu banyak tersebut menjadikan negara kita negara berbudaya.
Gus Dur merupakan salah satu sosok presiden negara kita yang memiliki rasa cinta lebih terhadap kebudayaan. Hal ini terbukti dengan kegemaran beliau terhadap Kesenian wayang kulit, musik, dan cerita-cerita adat dari seluruh penjuru nusantara. Dalam pandangan beliau Budaya adalah salah satu usaha untuk memanusiakan manusia. Tentu hari ini bukanlah sebuah alasan yang sederhana. Akan tetapi hari ini sudah beliau pelajari sejak beliau masih kecil terutama terkait dengan kemajuan yang dicapai oleh dinasti-dinasti Islam. Kemajuan Dinasti Dinasti tersebut karena masyarakatnya adalah masyarakat yang berbudaya. Hari ini juga beliau terapkan dalam pribumisasi Islam yang sangat erat kaitan nya dengan membudayakan sebuah ajaran agama. Walaupun sebenarnya konsep ini bukanlah konsep baru di Indonesia karena sudah pernah diterapkan oleh para Wali Songo namun menerapkannya sekali lagi sepertinya adalah hal yang sangat tepat.
3.1.2 Gus Dur dan pemikirannya mengenai agama
Agama merupakan pedoman hidup kaki manusia. Dalam kehidupan manusia agama memiliki peran sentral untuk menjalankan kehidupan bermasyarakat. Setiap umat manusia di dunia ini memiliki harapan dan tujuan nya masing-masing dalam rangka memeluk dan menjalankan ajaran setiap agama.
3.1.3 Gus Dur dan pemikirannya mengenai Negara
Sebuah negara yang kuat memiliki cara tersendiri untuk membangun negara-negara menjadi lebih maju dari sebelumnya. Dalam negara yang kuat kemajuan ditopang oleh bersatunya seluruh elemen masyarakat untuk menyelesaikan sebuah permasalahan. Memang kemajuan sebuah negara tidak hanya karena tingginya APBN, namun apabila tingginya APBN tidak disertai dengan baiknya orang orang di Pemerintahan maka hal tersebut hanyalah sia sia. Dengan adanya persatuan antara rakyat pejabat pemangku kepentingan maka semuanya akan berlangsung tertib dan damai.
Dalam pemerintahannya presiden Abdurrahman Wahid yang hanya memerintah Indonesia dalam waktu 21 bulan telah mampu membuktikan bahwasanya ialah menjadi presiden. Keputusan-keputusan Gusdur yang sangat kontroversial menyebabkan beliau dicopot dari jabatan kepresidenan. berawal dari penetapan Kapolri yang kontroversial DPR dan MPR semakin memperkeruh kestabilan kehidupan berbangsa dan bernegara. Di hari-hari terakhir beliau menjadi presiden mengambil keputusan yang sangat berani yakni membekukan DPR. Menurut Gus Dur CBR Tak ubahnya taman kanak-kanak. Dan satu perkataan beliau yang sangat relevan untuk diterapkan dalam setiap aspek kepemimpinan adalah tak ada jabatan yang harus diperjuangkan mati-matian.

3.1.4 Gus Dur dan pemikirannya mengenai persatuan Bangsa
Persatuan menjadi sebuah kata yang mutlak untuk diterapkan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Karena dengan persatuan hal-hal yang nampak sulit dilakukan menjadi mungkin dilakukan dengan adanya kebersamaan. Jika sebuah bangsa sudah tidak lagi mau bersatu maka dapat dipastikan bangsa dan negara tersebut akan hancur ditelan oleh perpecahan dan perang saudara.
Semasa Gus Dur menjabat menjadi Presiden keempat Republik Indonesia terjadi banyak pergolakan di berbagai penjuru negeri. Pemberontakan pemberontakan separatis merajalela di negeri ini. Diantara pemberontakan tersebut adalah Gerakan Aceh Merdeka atau lebih dikenal GAM Organisasi Papua Merdeka, Republik Maluku Selatan, dan kerusuhan kerusuhan di berbagai daerah di Indonesia. Kerusuhan besarpun Pernahkah di salah satu kota di Jawa Timur. Pembakaran gereja oleh umat Islam yang salah faham menimbulkan Gejolak yang luar biasa di kalangan masyarakat.
Gus Dur sebagai presiden Riau tidak tinggal diam. Berbagai usaha dilakukan untuk mencapai perdamaian dan persatuan bangsa dan negara. Beliau pernah mengunjungi kota suci Vatikan sebagai pusat dari umat Katolik sedunia. Untuk kasus Gerakan Aceh Merdeka beliau juga turun langsung untuk menemui tokoh-tokoh masyarakat setempat dan melakukan komunikasi untuk proses penghentian pemberontakan. Dalam kasus kerusuhan umat beragama busur menginstruksikan kyai kyai barisan ansor serbaguna untuk menghentikan kerusuhan yang terjadi antar umat beragama di Kabupaten Situbondo. Salah satu konsep persatuan dari Gusdur yang sangat terkenal adalah perkataan beliau " yang sama jangan dibeda-bedakan, yang beda jangan sama samakan".
3.2 Pecinta Gus Dur dan komunitas yang mewadahi
3.2.1 Pecinta Gus Dur perorangan
Semenjak Gus Dur wafat pada bulan Desember tahun 2009 berbagai kalangan dan golongan muncul mengatasnamakan dirinya sebagai pecinta Gus Dur. Banyak pula di antara mereka yang memberikan pengakuan secara individu sebagai penggemar dan pengagum beliau. Penggemar individual beliau tidak hanya berasal dari Pribadi muslim semata, akan tetapi orang-orang yang berkeyakinan lain diluar Islam pun juga menjadi penggemar Beliau. Hal ini tentu sangat unik. Bandingkan Radja dengan tokoh-tokoh penting negara ini yang Bahkan hanya memiliki segelintir pengikut.
Serial orang orang yang merasa memiliki merasa memiliki kekaguman pada Gus Dur mulai gelisah. Namun mayoritas penggemar dan pengagum Gus Dur Yang perorangan adalah orang orang dengan usia diatasi 40 tahun. Mereka tetaplah merasa sebagai pengagum Gus Dur tanpa memperdulikan status dan jabatan yang melekat pada diri mereka.
3.2.2 Pecinta Gus Dur dalam Komunitas
Pasca wafatnya Gus Dur berbagai kalangan berkumpul untuk mencoba menggali kembali pemikiran-pemikiran beliau tentang kehidupan berbangsa dan bernegara. Di berbagai belahan daerah muncul macam-macam perkumpulan yang memiliki tujuan yang sama yakni mengkaji pemikiran pemikiran Gus Dur. hanya saja mereka muncul dengan nama yang berbeda-beda. Komunitas-komunitas tersebut semakin lama semakin berkembang dan semakin banyak pula bercinta berita Gus Dur yang baru. Mereka tidak hanya berasal dari golongan tua akan tetapi berasal dari golongan golongan muda dan akademisi yang mulai mengerti dan memahami konsep-konsep beliau dalam berbagai aspek kehidupan.
Berawal dari semakin banyaknya komunitas yang mengatasnamakan pecinta Gus Dur maka keluarga Ciganjur menginisiasi diadakannya simposium pada tahun 2011. Simposium tersebut tujuan untuk menggali dan mengambil intisari dari setiap ajaran dan pemikiran Gus Dur. Dari simposium tersebutlah lahir sembilan nilai utama gusdurian atau yang lebih sering dikenal sebagai NUGD. Sejak saat itulah dibentuk sekretariat nasional sebagai wadah bagi komunitas-komunitas pecinta Gus Dur di seluruh tanah air bahkan mancanegara. Sembilan nilai utama gusdurian tersebut adalah:
a. Ketauhidan
b. Kemanusiaan
c. Keadaan
d. Kesetaraan
e. Pembebasan
f. Kesederhanaan
g . Persaudaraan
h. Keksatriaan
i. Kearifan lokal
Saat ini jaringan GUSDURian dibawah naungan seknas JGD. Seknas JGD adalah sekretariat nasional dipimpin oleh koordinator nasional yang menjalankan fungsi penghubung antar komunitas (konsolidasi, dukungan untuk advokasi, mobilisasi dana, mengaktivasi jaringan GUSDURian individu untuk merespon isu, dan sumber daya yang lain), supporting system, memvalidasi keberadaan komunitas GUSDURian, mengelola data GUSDURian, mengelola sistem managemen informasi untuk mendukung kampanye, mengorganisasi program capity building ditingkat lokal maupun nasional, melakukan advokasi isu tingkat nasional, mengelola jaringan dilevel nasional dan internasional dan menginisiasi program nasional. Selain itu juga dikenal presidium. Presidium adalah koordinator wilayah terdiri dari lebih dari dua orang yang menjalankan fungsi koordinasi dan komunikasi disuatu wilayah. Presidium wilayah dipilih melalui pertemuan regional yang dihadiri perwakilan perwakilan komunitas. Jadi perlu diingat bahwasannya walaupun hanya sekedar komunitas jaringan ini memiliki kode etik yang disepakati dalam RAKORNAS 2016.
3.3 Haul Gus Dur dan keunikannya
Haul pada umumnya dikenal diselenggaraka umat islam untuk mengenang orang orang yang telah wafat. Dalam sebuah haul, kegiatan yang lazim dilakukan dikalangan umat islam adalah khiotmil Qur’an, yasin, dan tahlil. Hampir disemua daerah diindonesia terutama memiliki tradisi yang sama. Hanya saja mungkin dalam urut-urutannya berbeda antara satu daerah dengan daerah lainnya.
Haul GUSDUR dari tahun ketahun mengundang perhatian dari berbagai pihak, baik dari masyarakat awam maupun dari kalangan elit negeri ini. Hal itu dapat terjadi karena penyelenggaraan haul GUSDUR tidak sama dengan kebiasaan orang awam pada umumnya. Acara haul tersebut biasa didatangi oleh seluruh umat beragama serta peneyelenggaraan didaerah lainpun juga mendapatkan dukungan yang besar dari golongan golongan non muslim. Jika kita korelasikan dengan pembahsan pada bab sebelumnya, maka dapat kita temukan bahwa GUSDUR adalah seorang pemimpin yang cukup disegani dan kharismatik.
3.4 Relevansi nilai nilai kearifan lokal dalam haul Gus Dur terhadap peneguhan kehidupan berbangsa dan bernegara
Seperti yang telah kita ketahui pada bahasan sebelumnya, pelaksanaan haul GUSDUR tidak memiliki ketentuan khusus untuk pelaksanaannya. Artinya masing masing daerah, golongan serta aliran kepercayaan daoat menjalankan haul GUSDUR ini. Sehingga masyarakat tidak merasa asing dengan pelaksanaan haul itu sendiri. Seperti yang telah kita ketahui dari berbagai sumber, mereka menyatakan bahwa dalam haul GUSDUR diadakan kegiatan kegiatan yang sangat bermanfaat bagi peneguhan, persatuan dan kesatuan bangsa. Walaupun sebenarnya budaya haul tersebut bukanlah asli dari indonesia. Akan tetapi karena sudah memasukkan unsur unsur lokal dan tidak merusak lokalitas semakin memantapkan haul GUSDUR ini dimata msyarakat.

BAB 4. PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Berdasarkan rumusan masalah dan pembahasan maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut :
Pecinta gus dur sangat banyak. Dan tidak semua diantara meraka terwadai dalam komunitas. Karena komunitas pecinta gus dur memiliki standar dan kriteria masing masing. Semnetara para pecinta yang tidak termasuk dalam komunitas mereka dapat melakukan aktivitas secara individu dan tetap menjadi seorang gus durian.
Haul biasanya dilaksanakan untuk orang orang islam yang sudah wafat, serta penyelenggaranya pun adalah orang muslim. Dalam haul gus dur semiua pihak dan golongan kepercayaan dapat melibatkan dirinya secara aktif tanpa harus mengkhawatirkan perbedaan agama.
Haul gus dur tidak dikonsep secarta nasional akan tetapi setiap daerah bebas menyelenggarakan dan mengekspresikan perasaan dalam haul gus dur selama hal tersebut dalam koridor persatuan dan kesatuan bangsa.
4.2 Saran
Di dunia ini tak ada sesuatu yang benar-benar sempurna. Begitu pula dengan makalah ini, memiliki banyak kekurangan. Namun demikian dari hasil pembahasan dan kesimpulan maka terdapat beberapa saran sebagai berikut:
b. Bagi seluruh pecinta Gus Dur Janganlah pernah melakukan pengagungan yang berlebih terhadap sesama manusia.
b. Haji pengkaji pemikirannya jangan pernah berhenti akan tetapi kembangkanlah pemikiran tersebut.
c Zaki penyelenggara haul jangan pernah merusak persatuan dan kesatuan bangsa yang sudah dirintis oleh Gus Dur. Tetaplah pelihara berbangsa dan bernegara.

DAFTAR PUSTAKA
Creswell, John,W. 2014. Penelitian Kualitatif & Desain Riset. Cet Ke Satu. Yogyakarta. Pustaka Pelajar
Faqieh, KH Maman Imanulhaq. 2010. Fatwa dan Canda Gus Dur. Cet ke-2. Jakarta. Kompas Gramedia
Haq, Muhammad Zaarul. 2012. Tasawwuf Gus Dur. Malang. Aditya Media Publushing
Harsono, Andreas.2010. Hari Hari terakhir Gus Dur Di Istana Rakyat. Cet ke-2. Jakarta. Pensil324
Irawan, Aguk. 2015. Peci Miring Novel Biografi Gus Dur. Tangerang. JAVANICA
Martono, Nanang. 2016. Sosiologi Perubahan Sosial Perspektif Klasik Modern Pistmodern dan Poskolinial. cet ke -4. Jakarta. PT RajaGrafindo Persada
Ritzer, george. 2012. Sosiologi Teori Hingga Perkembangan Terakhir. Edisi ke delapan. Yogyakarta. Pustaka pelajar
Sambadha, Priyo. 2015. Presiden Gus Dur Their Untold Stories. Jakarta. KPG
SEKNAS. 2016. Hasil RAKORNAS Jaringan GUSDURIAN 2016. Yogyakarta
SEKNAS. 2014. Buku Panduan Kelas Pemikiran GUSDUR. Yogyakarta
Wahid, Abdurrahman. 2006. Islamku Islam Anda Islam Kita Agama Negara Demokrasi. Jakarta. The Wahid Institute
Weber, max. 2010. Sosiologi. Yogyakarta. Pustaka pelajar
Wong, Abdullah. 2015. Mata Penakluk. Jakarta Selatan. Expose
Jurnal
Mustolehudin. 2014. Merawat Tradisi Membangun Harmoni Tinjauan Sosiologis Tradisi Haul Dan Sedekah Bumi Di Gresik
Rusli muhammad. 2015. Pemikiran keagamaan & kebangsaan GUSDUR. Gorontalo. IAIN SULTAN AMAI
Shaleh, Kamaruddin & Khoiruddin Bin Muhammad Yusuf. GUSDUR Dan Pemikiran Liberalisme

1 comment:

Post Top Ad

Responsive Ads Here