RESENSI BUKU PECI MIRING SEBUAH NOVEL BIOGRAFI GUS DUR Oleh : Teguh Kasiyanto - ILMU BAROKAH MANFAAT

Recent

Post Top Ad

Responsive Ads Here

Post Top Ad

Responsive Ads Here

Sunday, January 1, 2017

RESENSI BUKU PECI MIRING SEBUAH NOVEL BIOGRAFI GUS DUR Oleh : Teguh Kasiyanto

By : Teguh Kasiyanto

Penulis             : Aguk Irawan
Penerbit           : JAVANICA
Tahun Terbit    : 2015 Cet, Ke-1
Tebal.               : 408 Halaman
Ukuran.            : 13,5×20 cm
Harga               : Rp66.000,00
          Gus Dur merupakan tokoh yang tiada habisnya diulas dan dikaji pemikiran dan sejarah hidupnya. Novel yang ditulis oleh Aguk Irawan ini merupakan salah satu karya tulis yang menceritakan tentang kehidupan mantan Presiden ke-4 Republik Indonesia ini.  Masa Masa hidup Gus Dur merupakan hal yang menarik bagi setiap orang untuk mengetahuinya. Masyarakat luas seakan tak pernah puas dengan sejarah hidup Gus Dur yang sudah mereka ketahui selama ini. 
         Novel ini sangat berbeda dengan novel-novel lainnya. Selain karena tokoh yang dikisahkan adalah seorang mantan presiden yang begitu menginspirasi. Hal yang paling nampak mencolok dan membedakan novel ini dengan novel lainnya adalah novel ini diawali dengan gambaran setting sosial sebelum Gus Dur dilahirkan pada tahun 1940. Pada buku-buku lain atau novel lain sangat jarang dijelaskan tentang setting sosial pra kelahiran Gus Dur. Bagian-bagian awal dari novel ini sangat sayang untuk dilewatkan oleh pembaca.
         Setelah mengisahkan setting sosial dan keluarga sebelum kelahiran Gus Dur, selanjutnya novel ini mengisahkan masa-masa balita beliau.  Dari sejak di Denanyar hingga masa-masa kecil Tebuireng. Masa Masa balita yang unik dan berbeda dari balita balita yang lain. Sebuah Bakat yang mulai mencolok sejak masa kecil beliau. Saat kemerdekaan oleh bangsa ini masa-masa indah pesantren harus terengguk oleh tugas kenegaraan sang ayah. Suatu hal yang membuatnya berusaha memberontak pada situasi dan kondisi di sekitarnya. Sebuah pemberontakan yang meluap-luap dan berusaha dihamburkan pada keadaan pada keadaan. Kenakalan-kenakalan ia lakukan hanya untuk memuaskan hasratnya. Dari melempar teman-teman hingga jatuh dari dahan pepohonan.
         Pada bagian berikutnya dikisahkan ketika sang kakek harus pergi meninggalkannya. Kepergian yang begitu mendadak dan memukul kesadarannya. Namun dengan dimulainya masa sekolah, maka kesedihan kesedihan itu mulai lenyap ditelan kegemaran. Kegemarannya membaca menggila semenjak ia mulai masuk sekolah dasar. Suatu ketika kegemarannya membaca mengantarkannya memenangkan lomba karya tulis tingkat provinsi. Namun lagi-lagi beliau harus kehilangan orang yang disayanginya disaat beliau mulai berubah.
         Bagian-bagian selanjutnya dari novel ini semakin menarik dan menantang untuk dibaca. Dari masa-masa sekolah di Yogyakarta, nyantri di Tegalrejo, jadzab, kembali ke Jombang, bertemu dengan Pujaan hati, mendapatkan restu keluarga, hingga keberangkatannya ke Mesir.  cimesir kegilaannya terhadap buku dan film semakin menjadi-jadi. Dia selalu merasa bosan dengan perkuliahannya. Waktu-waktunya lebih banyak dihabiskan obrak-abrik perpustakaan dan menonton film di bioskop.  Tak sampai lulus dari universitas Al Azhar Gus Dur melanjutkan pengembaraannya menuju Baghdad Irak. Disana disamping bersekolah Beliau juga menggila dengan segala isi perpustakaan. Dari Irak hingga Prancis, Inggris, dan Amerika lanjutkan untuk mengembara dan mencari ilmu pengetahuan.
         Secara umum novel ini begitu bagus dibaca oleh semua kalangan dan generasi.  bahasa dalam novel ini juga sangat mudah dipahami. Istilah-istilah lokal dalam bahasa Jawa pun Penjelasan makna dan maksudnya. Sehingga pembaca yang bukan merupakan masyarakat Jawa dapat pula memperoleh kosakata baru. Namun demikian memang tak ada karya di dunia ini yang terlahir dengan sempurna. Dalam beberapa bagian novel ini tidak menceritakan secara detail hanya memberi penggambaran secara sekilas. Alangkah baiknya jika suatu saat nanti novel ini dilanjutkan hingga wafatnya Gus Dur. Sehingga pembaca dapat mengetahui secara keseluruhan riwayat hidup Gus Dur.
         Novel yang menarik ini pada akhirnya akan menjadi satu hal yang bermanfaat ketika setiap pembacanya mampu mengambil setiap sisi positif dan menerapkan hal-hal yang relevan dalam kehidupan. Aguk Irawan menulis buku ini setelah beberapa tahun wafatnya beliau. Ia begitu terinspirasi dengan Gus Dur yang sering memakai peci, meskipun seringkali Gus Dur memakai pecinya secara miring. Menurut Aguk  Irawan hal ini sudah cukup menunjukkan pada kita jika sosok Gus Dur adalah sosok yang apa adanya.

No comments:

Post a Comment

Post Top Ad

Responsive Ads Here