Kedatangan Islam Dan Perubahan Masyarakat Pulau Jawa - ILMU BAROKAH MANFAAT

Recent

Post Top Ad

Responsive Ads Here

Post Top Ad

Responsive Ads Here

Tuesday, December 27, 2016

Kedatangan Islam Dan Perubahan Masyarakat Pulau Jawa


Nama : Teguh Kasiyanto
NIM    : 140910302053
         Islam sebuah agama yang menurut para penganutnya merupakan agama terakhir bagi seluruh umat di alam semesta. Menurut penggolonganya agama Islam merupakan Dinus Samawiy atau agama langit. Agama ini diturunkan di Jazirah Arab pada abad ke 7 masehi. Nabi yang membawa agama ini adalah Nabi Muhammad. Agama ini merupakan agama penutup bagi agama-agama langit sebelumnya. Dalam perkembangannya agama ini berkembang keseluruh penjuru dunia bahkan hingga sampai ke nusantara.
         Nusantara sebuah kepulauan yang terletak diantara dua samudra ini merupakan tempat berkembangnya Islam secara pesat pada awal 15 hingga saat ini. Kisah 1 pulau di nusantara Islam membawa perubahan besar bagi masyarakatnya. Sebuah perubahan yang tidak hanya terjadi pada sistem kepercayaan akan tetapi sebuah perubahan yang juga terjadi pada sistem sosial dan relasi diantara anggota masyarakatnya. Masyarakat pulau Jawa yang sebelumnya tercatat sebagai pemeluk agama hindu-budha bahkan kapitayan secara berbondong-bondong masuk ke dalam agama Islam dengan berbagai strategi efektif dari penyebarnya. Masyarakat Jawa sebelum datangnya Islam hidup dengan kondisi sosial yang dapat dikatakan di bawah kemampuan dan hidup dibawah kepemimpinan raja raja yang tertutup.
         Kerajaan kerajaan di pulau Jawa sebelum abad ke-15 merupakan kerajaan dengan struktur masyarakat yang berbeda. Mereka menyusun stratifikasi sosial masyarakat berdasarkan tingkat ketergantungannya pada hal hal yang bersifat duniawi. Semakin bergantung seseorang terhadap dunia, maka dia semakin menempati struktur yang lebih rendah. Tentu pola struktur masyarakat ini sangatlah unik. Apalagi jika pola struktur masyarakat ini dibandingkan dengan struktur masyarakat yang berlaku di zaman modern ini. Saat ini Tingkat kemampuan ekonomi menjadi hal yang mutlak menjadi tolak ukur dari setiap stratifikasi sosial. Bagaimana sebenarnya pembagian stratifikasi sosial di masa sebelum Islam masuk.?  Bagaimanakah kondisi sosial budaya dari masyarakat pulau Jawa saat Islam belum merambah ke dalamnya.? Apa sajakah perubahan-perubahan yang dilakukan oleh para penyebar Islam sehingga terjadi perombakan sistem sosial.? Mengapa perubahan yang terjadi mudah diterima oleh masyarakat tanpa adanya konflik berkepanjangan.? Tentu hal ini menjadi menarik juga dapat dikaji dari dua sisi sekaligus yakni dari sisi historis dan di sisi sosiologis. Karena kesuksesan yang dicapai oleh para penyebar Islam terutama di tanah Jawa sangat Cemerlang dan tidak terlalu menimbulkan konflik konflik di dalam tubuh masyarakat.
         Strategi dakwah yang cemerlang membuat masyarakat Jawa pada saat itu dengan mudah berganti keyakinan untuk memeluk agama Islam. Hal yang demikian diungkapkan oleh salah seorang sejarawan yaitu Agus Sunyoto. Beliau merupakan salah satu dosen di Universitas Brawijaya Malang yang memiliki andil besar dalam penulisan kembali sejarah para penyebar Islam Tanah Jawa. Hal ini dikarenakan Agus sunyoto mengungkapkan berbagai fakta sejarah yang tidak diungkap oleh sejarawan sejarawan lainnya. Dalam bukunya yang berjudul Atlas Walusongo beliau mengganbarkan tentang struktur masyarakat Jawa sebelum dan sesudah Islam masuk ke Tanah Jawa. Pada buku tersebut dijelaskan jika di seperempat awal abad ke-15 sudah terdapat tiga golongan masyarakat sebagai dampak dari kemunduran dari kerajaan Majapahit. 3 golongan masyarakat tersebut yang pertama adalah orang-orang dari barat yang beragama Islam. kehidupan mereka sudah sangat baik dan cara berpakaian mereka juga bersih dan rapi. Golongan masyarakat kedua adalah golongan masyarakat Cina yang sudah memeluk Islam. Pakaian dan makanan mereka pun juga baik. Sedangkan golongan ketiga merupakan kaum pribumi yang memiliki pola hidup dan cara berpakaian yang cukup jorok. Mereka tidak memakai alas kaki dan rambut merekapun juga tidak pernah disisir. Masyarakat ini pun masih menyembah roh roh yang mereka yakini keberadaannya. Hal ini juga sesuai dengan catatan Laksamana Cheng Ho yang melakukan perjalanan ke Majapahit pada tahun 1411 dan 1433 M. Selain itu masyarakat majapahit juga dapat dibagi menjadi dua golongan yakni golongan Keraton dan golongan petani. Dua golongan ini memiliki perbedaan yang sangat mencolok mudah untuk diamati. Keyakinan diantara dua golongan Inipun juga berbeda. Mereka yang termasuk golongan Keraton agama Hindu ataupun agama Buddha. Sementara itu mereka yang termasuk ke dalam golongan petani mayoritas beragama kapitayan. Agama ini memiliki kepercayaan terhadap roh-roh dan dewa-dewa dalam agama Hindu dan Budha. akan tetapi mereka mengenal konsep tuhan utama mereka yang mereka sebut sebagai Sanghyang tunggal atau dapat kita sebut sebagai Tuhan yang tunggal. Perbedaan yang lain terdapat saat mereka keluar rumah. golongan petani terbiasa untuk berjalan kaki, membawa barang, naik Pedati dan membawa gerobak. Sedangkan golongan Keraton jarang berjalan kaki di saat keluar dari rumah pasti disertai oleh adanya pengawalan dari prajurit kerajaan.
            Masyarakat Majapahit juga memiliki struktur masyarakat yang lain. Seperti yang saya sampaikan di awal bahwasanya penggolongan masyarakat ini didasarkan pada keterikatan mereka terhadap hal-hal yang bersifat keduniawian. dalam buku Atlas Walisongo halaman 397 struktur masyarakat Majapahit adalah sebagai berikut:
1. Brahmana.  adalah golongan rohaniawan keagamaan yang ditandai dengan gelar- gelar acaria, Brahmana Rishi, siku, pandhita, ajar, kyayi.
2. Ksatria, Golongan ini adalah golongan menak penguasa menguasai negara yang ditandai penggunaan gelar khusus seperti Bhre, Arya, Rakryan, Rakean, Raden, Gusti, Tuanm
3. Waisya, adalah golongan karya dalam yang penuh perhitungan, tekun,  terampil, hemat, cermat kemampuan pengelolaan aset (kepemilikan) sehingga kaum Waisya hampir identik  dengan kaum pedagang atau pebisnis.
4. Golongan Sudra adalah golongan karya yang apabila hendak menjalankan profesinya sepenuhnya mengandalkan kekuatan jasmaniah, ketaatan, kepolosan, keluguan serta bakat ketekunannya. Tugas utamanya adalah berkaitan langsung dengan tugas-tugas memakmurkan masyarakat negara dan umat manusia atas petunjuk golongan karya diatasnya seperti menjadi buruh, tukang kasar, petani, pelayan, nelayan, penjaga, dan lain-lain.
5. Golongan Candala adalah golongan yang merupakan anak hasil perkawinan laki-laki ber kasta Sudra dengan wanita berkasta diatasnya seperti Brahmana, Ksatria, dan Waisya sehingga kasta dari sang anak menjadi lebih rendah dari kasta ayahnya.
6. Golongan Meleccha adalah golongan diluar bangsa Arya termasuk semua pedagang-pedagang dari daerah lain seperti Cina, Arab, India, siam, Campa dan lain-lain.
7. Golongan Tucha  adalah golongan yang merugikan masyarakat lain Misalnya saja pencuri dan golongan-golongan lain yang merugikan.
Sementara itu di masa kerajaan Demak ulama-ulama Islam mengadakan perubahan perubahan besar terutama dalam sistem stratifikasi sosial. Jika di masa pemerintahan Kerajaan Majapahit terdapat tujuh golongan masyarakat maka pada masa kerajaan Demak stratifikasi tersebut mengalami perubahan yakni hanya tersisa tiga golongan saja. Tiga golongan tersebut adalah golongan ulama, golongan Kesatria yang meliputi kaum kerajaan dan prajurit-prajurit, serta golongan masyarakat umum yang memiliki berbagai macam pekerjaan. Pembagian ini lebih ringkas jika dibandingkan dengan struktur masyarakat sebelumnya. Hanya saja meskipun demikian dalam masyarakat umum orang-orang yang merugikan orang lain masih di ini sebagai kasta terendah dalam masyarakat. Perkawinan antar status masyarakat yang berbeda pun sudah mulai tidak diperhitungkan.
         Perjuangan para penyebar agama Islam di Pulau Jawa tidak hanya membawa perubahan agama saja, akan tetapi mampu merubah struktur masyarakat yang memegang selama ini menjadi lebih terbuka dan fleksibel. tentu saja masyarakat yang memilih untuk berpindah keyakinan tidak serta merta menerima uluran dakwah dari para ulama penyebar Islam. Akan tetapi dengan menggunakan strategi kebudayaan dan bahasa-bahasa baru yang tidak bertentangan dengan ajaran Islam. Sehingga dalam penyebarannya nilai-nilai esensial dalam Islam mampu dipindahkan dan diterjemahkan dalam bentuk yang berbeda tetapi masih dengan esensi yang sama yakni ajaran Islam yang damai. Sebagai contohnya dalam strategi kebudayaan para ulama tersebut memperkenalkan wayang kulit, tradisi sekaten, tradisi Grebeg, dan Tradisi selamatan serta lagu-lagu dan tari tari yang bernafaskan Islam. Dalam wayang kullll kulit pun ceritanya banyak yang dirubah dan dimasuki nilai-nilai esensial Islam. Jika dalam versi asli Pandawa diceritakan poliandri maka dalam versi ulama waktu itu diceritakan jika masing-masing dari Pandawa memiliki istri bahkan juga melakukan poligami. Ulama masa itu juga menambahkan beberapa cerita yang sebenarnya tidak terdapat dalam versi aslinya semisal Dewa Ruci. Cerita tersebut menggambarkan perjalanan spiritual seorang muslim dalam mencari hakikat kesejatian hidup. Atau jika dalam ilmu-ilmu Islam sering disebut dengan tasawuf. Selain itu juga diperkenalkan istilah-istilah Islam yang dimasukkan ke dalam bahasa bahasa Jawa. Diantara istilah tersebut adalah:
Allah Robbul 'Alamiin menjadi Gusti Kang Nurbeng Dumadi
Nabi Muhammad menjadi Kanjeng Nabi
Hadrotus Syaikh menjadi Susuhunan/Sunan
Al "Alim menjadi Kyai
Al Ustadz menjadi Guru
Murid/Salik menjadi Santri
MA"hadir/Halaqoh menjadi Pesantren
Shalat menjadi Sembahyang
Shoim menjadi Upawasa/puasa
Ridlo menjadi LILO dll.
Hal yang demikian merupakan strategi dakwah yang sangat ampuh dijalankan pada masyarakat Jawa yang berbudaya dan berkeyakinan. Perubahan perubahan terus terjadi tanpa diketahui betul oleh masyarakat kemana mereka diarahkan dan dibimbing.
         Perubahan yang terjadi pada sejarah tersebut sebenarnya dapat dijelaskan dengan teori-teori sosiologi. Karena menurut saya apa yang diterapkan oleh para penyebar Islam di tanah Jawa Tak ubahnya seorang sosiolog yang menerapkan teori teori yang mereka pelajari. Sehingga masyarakat dapat dengan mudah menerima perubahan. Jika kita hendak menganalisis dengan teoritisi teoritisi sosiologi misalnya maka hal tersebut dapat kita analisis dengan beberapa teori. Hanya saja dalam kasus ini saya akan menggunakan teori dari talcott parson yaitu AGIL. Apa itu AGIL ? AGIL adalah kependekan dari Adaptation, goal attainment, integratif, dan Latensi. Keempat fungsi tersebut merupakan fungsi imperatif atau prasyarat berlangsungnya sistem sosial. Ada fungsi-fungsi atau kebutuhan-kebutuhan tertentu yang harus dipenuhi oleh setiap sistem yang hidup. Dua  pokok penting yang termasuk ke dalam kebutuhan fungsional ini adalah pertama yang berhubungan dengan kebutuhan sistem sosial atau kebutuhan sistem ketika berhubungan dengan lingkungannya. Kedua, yang berhubungan dengan sistem sasaran atau tujuan serta sarana yang perlu untuk mencapai tujuan tersebut. secara umum teori AGIL dapat dijelaskan sebagai berikut: Adaptation fungsi ini merupakan fungsi yang sangat penting pada fungsi ini sistem harus dapat beradaptasi dengan cara menanggulangi situasi eksternal yang kompleks,  dan sistem harus dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan serta dapat menyesuaikan lingkungan untuk kebutuhannya. Fungsi ini merupakan fungsi organisme atau sistem organis tingkah laku. Kedua, goal attainment fungsi ini sangat penting, yaitu sistem harus M, mendefinisikan, dan harus mencapai tujuan utam.,anya. Fungsi ini merupakan fungsi kepribadian. Ketiga Integrasi sebuah sistem harus mampu mengatur dan menjaga hubungan  bagian-bagian yang menjadi komponennya. Selain itu sistem harus dapat mengatur dan mengelola ketiga fungsi AGL. Fungsi integrasi merupakan fungsi sistem sosial. Keempat, latent paternalistik maintenance. Sistem harus mampu berfungsi sebagai pemelihara pola sebuah sistem harus memelihara dan memperbaiki motivasi pola-pola individu dan kultural fungsi ini merupakan fungsi kultural. Dengan demikian Apa yang dilakukan oleh ulama penyebar Islam di tanah Jawa setidaknya sesuai dengan penerapan teori dari talcott parsons ini.

No comments:

Post a Comment

Post Top Ad

Responsive Ads Here