Makna Simbolik Wayangan Di Istana Negara (Sebuah Opini) - ILMU BAROKAH MANFAAT

Recent

Post Top Ad

Responsive Ads Here

Post Top Ad

Responsive Ads Here

Saturday, August 3, 2019

Makna Simbolik Wayangan Di Istana Negara (Sebuah Opini)

Pada Jum'at tertanggal 2 Agustus 2019, digelar sebuah pertunjukan wayang kulit di Istana Negara. Pertunjukan ini mengambil lakon "Kresno Jumenengan Ratu" dan disiarkan langsung di channel YouTube NU CHANNEL. Sebagai orang Jawa, saya menganggap hal tersebut memiliki pesan pesan tersembunyi. Mengapa demikian? Dalam pertunjukan wayang kulit, terdapat banyak lakon Jumenengan, yaitu dari Jumenengan Dasamuka hingga Jumenengan Parikesit. Dari banyaknya lakon Jumenengan, masing-masing lakon memiliki makna tertentu. Oleh sebab itu, saya akan terlebih dahulu menuliskan jalannya cerita dan kemudian menunjukkan sisi cerita yang dapat ditafsirkan.
Kisah diawali dari Raja Dwarawati yang bernama Prabu Yudha Kala Kresna memanggil mahapatihnya Patih Kresnengkara. Prabu Yudha Kala Kresna adalah seorang raja yang telah menaklukan banyak kerajaan. Namun demikian, kali ini sang prabu berencana menaklukkan kahyangan suralaya agar namanya semakin terkenal di dunia. dia kemudian mengutus mahapatihnya untuk menggempur kahyangan disertai dengan angkatan perang Kerajaan Dwarawati. 
Angkatan perang Kerajaan Dwarawati yang dipimpin langsung oleh Prabu Yudha Kala Kresna dengan cepat mengobrak-abrik kahyangan suralaya. Barisan dewa-dewa kahyangan dengan mudah dapat mereka taklukkan. Dengan memerintahkan Batara Narada, Batara Guru memerintahkan agar Batara Narada mencari keturunan kerajaan Mandura (Madras). Karena hanya merekalah yang dapat menyelesaikan prahara ini.
Dengan sesegera mungkin Batara Narada menemui Prabu baladewa Raja Mandura. Batara Narada selanjutnya memerintahkan agar Baladewa membantu kahyangan. Namun, Baladewa ternyata memanggil adiknya terlebih dahulu yaitu Narayana. Narayana yang memiliki kegemaran mengembara itu diperintahkan untuk turut serta membantu kahyangan. Akan tetapi Narayana menolak dengan alasan bahwa yang dimintai pertolongan adalah Baladewa sebagai Raja Mandura. Alhasil, Baladewa mengusir Narayana dan Demang Udawa yang memiliki pemikiran sama dengan Narayana. Baladewa selanjutnya mengajak Werkudara untuk melawan Prabu Yudha Kala Kresna yang tengah merusak kahyangan. 
Prabu Baladewa dan Werkudara kemudian berangkat ke kahyangan. Di sana mereka menghadapi prajurit dari Kerajaan Dwarawati. Prajurit dari Kerajaan Dwarawati banyak yang gugur. Baladewa dan Werkudara mengamuk dengan sejadi-jadinya. Namun mereka berdua harus kalah dan mengakui kehebatan Prabu Yudha Kala Kresna. Mereka berdua terlempar jauh karena terkena ilmu dari Prabu Yudha Kala Kresna yaitu "aji gelap sayuto". 
Di sisi lain, Narayana dan Demang Udawa menuju ke pertapaan gunung kembang. Narayana merasa bahwa dirinya sedang dipanggil oleh gurunya yaitu Begawan Padmanaba melalui aji pameling. Sesampainya di pertapaan, noroyono disambut langsung oleh Begawan Padmanaba. Begawan Padmanaba selanjutnya memberikan dua pusaka kepada Narayana yaitu kembang Wijayakusuma dan panah kyai kesawa. 
Begawan Padmanaba kemudian memerintahkan Narayana agar bersemedi. Begawan Padmanaba mengatakan bahwa dirinya akan menjadi satu jiwa dengan Narayana. Narayana segera bersemedi. Begawan Padmanaba kemudian berubah menjadi dua berkas cahaya. seberkas cahaya masuk ke dalam jasad Narayana dan berkas yang lain pergi. Karena masuknya seberkas cahaya tersebut Narayana kemudian tak sadarkan diri. 
Batara Narada selanjutnya menemui Narayana. Dia menjelaskan bahwa, dua berkas cahaya tersebut adalah penitisan dari Batara Wisnu. Penitisan Batara Wisnu terbelah menjadi dua, pertama Narayana dan yang lain adalah Arjuna. Setelah mengatakan hal tersebut, Batara Narada mengatakan bahwa antara Narayana dan Arjuna tidak boleh terpisah. Batara Narada kemudian juga menunjukkan kereta yang menjadi tunggangan dari Batara Wisnu, yaitu Kyai Jaladara dan seekor burung garuda. di dalam kereta tersebut juga terdapat dua senjata yang dapat digunakan untuk situasi peperangan yaitu, bende poncojanyo dan salompret kalasangka. Batara Narada kemudian memerintahkan Narayana untuk berperang melawan Prabu Yudha Kala Kresna.
Di tempat yang jauh, Arjuna bersama panakawan sedang berkumpul. Arjuna ingin membantu Werkudara yang kalah berperang. Semar selanjutnya menyampaikan bahwa jika sudah ada takdirnya akan ada jalan untuk hal itu. mereka kemudian berjalan menyusuri hutan belantara. di tengah hutan belantara mereka bertemu dengan seekor harimau yang dapat berbicara seperti manusia. Harimau tersebut berniat memangsa mereka. Pertarungan pun terjadi. Akhirnya harimau itu pun kalah dan hilang wujudnya menjadi seberkas cahaya yang merupakan penitisan Batara Wisnu. Cahaya tersebut kemudian masuk ke dalam jasad Arjuna.
Batara Narada turun menemui Arjuna. Dia menjelaskan bahwa Arjuna adalah salah satu dari titisan Wisnu yang terbelah. Selanjutnya Arjuna tidak boleh terpisah dari Narayana. Selain itu, Arjuna juga diperintahkan untuk menemui Narayana. 
Setelah bertemu dengan Narayana, selanjutnya Arjuna dan Narayana menghadap pada Batara Guru. Mereka menerima tugas berat tersebut dan mendapatkan perlindungan dewata. Arjuna dan Narayana maju ke arena pertempuran. Para pembesar dari pasukan Kerajaan Dwarawati tumbang satu persatu. Namun demikian mereka berdua masih kesulitan untuk mengalahkan Prabu Yudha Kala Kresna.
Narayana kemudian memanggil tunggangannya yaitu kereta Kyai Jaladara. Arjuna kemudian diminta memilih peran Apakah menjadi kusir atau menjadi senopati. Arjuna pun pasrah pada Narayana. Arjuna kemudian menjadi kusir dari kereta tersebut. Kereta selanjutnya terbang dan mengelilingi arena pertempuran. Narayana yang telah menerima senjata warisan Sang Batara Wisnu kemudian memukul bende poncojanyo dan meniup saalompret kalasangka. kombinasi dari dua pusaka tersebut membentuk suara yang sangat berisik dan menyebar ke segala penjuru.
Prabu Yudha Kala Kresna yang mendengar suara tersebut menjadi bertambah marah. Telinganya menjadi terasa sakit karena mendengarkan suara itu. Suara itu terdengar dari berbagai penjuru. Suara-suara berisik tersebut membuat Prabu Yudha Kala Kresna kehilangan kesabaran dan strateginya menjadi kacau. Pada saat itulah, Narayana melepaskan senjata cakra baskara dari dalam kereta yang dikendarai.  Prabu Yudha Kala Kresna tewas oleh Narayana. Prabu Yudha Kala Kresna pecah kepalanya seketika. Atas peristiwa tersebut, Narayana kemudian diangkat menjadi raja baru di kerajaan Dwarawati dengan gelar Sri Batara Kresna. 
Mahapatih Kerajaan Dwarawati tidak terima dengan peristiwa itu. Dia kemudian maju ke medan perang. Narayana yang menyaksikan hal tersebut kemudian mengutus Demang Udawa untuk melawan Mahapatih tersebut. Pertarungan berlangsung sengit. Demang Udawa tergigit dan tercengkram oleh maha Patih tersebut. Pada detik-detik yang menentukan, Demang Udawa segera menarik pusaka Kyai Blabar, ditikamnya Mahapatih tersebut hingga tewas. Atas jasanya, Demang Udawa diangkat menjadi Mahapatih di kerajaan Dwarawati. 
Pertunjukan wayang golek tersebut memiliki makna dan penafsiran kontekstual dengan kondisi hari ini. Dalam tradisi orang Jawa, lakon wayang menjadi sebuah pesan ataupun harapan yang ingin diungkapkan. perlu kita ingat bahwa Indonesia baru saja menyelesaikan tahapan Pemilihan Presiden tahun 2019. pemilihan ini menghasilkan pasangan presiden dan wakil presiden republik Indonesia tahun 2019-2024 yaitu. H, Ir, Joko Widodo dan Kyai Ma'arif Amin. Hal ini sangat berkaitan dengan lakon wayang kulit tersebut. 
Narayana adalah seorang pengembara dari satu daerah ke daerah lain. Dari pengembaraannya tersebut, dia memperoleh banyak ilmu dan mendapatkan kedudukan yang luhur. Sedangkan seperti yang kita tahu bahwa presiden kita juga adalah seorang yang berpetualang, dari Wali Kota, Gubernur dan Presiden. Beliau juga masih rutin melakukan blusukan ke berbagai daerah. 
Selanjutnya, adegan pemusnahan Prabu Yudha Kala Kresna adalah adegan yang memiliki pesan sangat luas. Terutama, penitisan Wisnu yang terbagi dua dan bertugas merawat kelestarian alam semesta, hal ini mengisyaratkan dua pemimpin terpilih republik ini. Kedua, Narayana dan Arjuna yang tidak boleh berpisah setelah menjadi titisan Batara Wisnu, mengisyaratkan bahwa dalam menjalankan tugasnya presiden dan wakil presiden tidak boleh berbeda sikap. mereka harus berjalan beriringan dan bersama-sama melakukan pembangunan dan perbaikan. Ketiga, kendaraan yang digunakan oleh Narayana dan Arjuna adalah kereta yang dapat berjalan di darat, air dan udara. Hal ini mengisyaratkan akan pesatnya pembangunan pada ketiga sektor tersebut. 
Keempat, dua senjata yang dipukul dan ditiup oleh Narayana dan membuat lawannya kebingungan, hari ini mengisyaratkan pengaruh yang begitu besar dari presiden terpilih saat ini, sehingga sangat hegemonik dari berbagai penjuru. Hal ini kemudian membuat lawan-lawan politiknya semakin panik. Kelima, Narayana menyerang musuhnya ketika Prabu Yudha Kala Kresna dalam kondisi kebingungan atas hegemoni yang diakibatkan dua senjata Narayana. hal ini mengisyaratkan bahwa lawan politik akan diserang ketika mereka semakin panik dan lemah. Keenam, anugerah yang diberikan kepada Demang Udawa setelah mengalahkan Mahapatih dari Prabu Yudha Kala Kresna, hal ini mengisyaratkan bahwa presiden terpilih hanya akan memilih orang-orang yang bekerja keras dan telah terbukti karyanya. mungkin strategi itu pula yang akan digunakan untuk memilih menteri menteri kabinet terbaru.

1 comment:

  1. Numpang promo ya Admin^^
    ajoqq^^com
    mau dapat penghasil4n dengan cara lebih mudah....
    mari segera bergabung dengan kami.....
    di ajopk.club....^_~
    segera di add Whatshapp : +855969190856

    ReplyDelete

Post Top Ad

Responsive Ads Here