INOVASI BIOGAS DI DESA PANARUKAN - ILMU BAROKAH MANFAAT

Recent

Post Top Ad

Responsive Ads Here

Post Top Ad

Responsive Ads Here

Monday, November 21, 2016

INOVASI BIOGAS DI DESA PANARUKAN

INOVASI BIOGAS Di DESA PANARUKAN
Oleh: Teguh Kasiyanto
         Desa Panarukan terletak di Kabupaten Situbondo. Warga desa daerah ini banyak yang berternak sapi. Mereka memiliki sapi sapi yang cukup produktif dalam berkembang biak. Tak jarang keluarga keluarga di desa ini memiliki sapi yang jumlahnya lebih dari dua ekor. Para peternak biasa mencari rerumputan di ladang ladang disekitar pedesaan dan dan perbukitan. Dengan banyaknya sapi sapi yang membutuhkan makanan di daerah ini maka kebutuhan akan pakan di daerah ini sangat tinggi.
         Kehidupan warga desa ini berlangsung sebagaimana kehidupan warga desa pada umumnya. Saat musim penghujan Banyak permasalahan permasalahan lingkungan yang dialami oleh penduduk desa. Permasalahan-permasalahan lingkungan tersebut tak lain diakibatkan oleh menumpuknya kotoran-kotoran dari hewan ternak mereka. Warga desa ini memiliki satu kebiasaan yang sangat kurang baik dilakukan yakni mereka memiliki kebiasaan membuang kotoran kotoran binatang ternak tersebut sungai-sungai yang mengaliri Desa mereka. Bahkan tak jarang dengan banyaknya kotoran ternak yang dibuang di sungai membuat air di musim hujan sulit mengalir ke hilir. Semakin banyaknya kotoran yang dibuang di aliran sungai juga akan dapat mengakibatkan pendangkalan aliran sungai. Dalam jangka panjang pendangkalan yang terjadi di sungai ini akan dapat mengganggu dan merusak ekosistem sungai.
         Kotoran sapi merupakan salah satu jenis kotoran hewan ternak yang memiliki banyak manfaat. Jika saja Kotoran Kotoran sapi tersebut dioptimalkan maka akan dapat mensejahterakan kehidupan para pemiliknya. Namun hingga saat ini warga desa masih belum terpikir untuk mengolah kotoran sapi menjadi sesuatu yang memiliki banyak kegunaan dan fungsi. Pemilik ternak ternak sapi masih sangat cenderung untuk membuang kotoran kotoran ternak mereka di aliran sungai sekalipun saat itu adalah musim hujan, dimana air sungai menjadi sangat melimpah dan akan sangat dibutuhkan oleh  ladang-ladang padi masyarakat. Diantara manfaat yang dapat diperoleh masyarakat dari kotoran sapi adalah pupuk kompos dan biogas.
         Biogas adalah salah satu hasil dari pengolahan koran hewan ternak terutama sapi. Biogas sangat berbeda dengan gas-gas lain yang diperjualbelikan oleh Pertamina selama ini. Nah dalam kasus Desa Panarukan kelompok kami makan fokus pada pembuatan biogas dari kotoran ternak sapi. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh tim Pengabdian masyarakat Universitas Sriwijaya pada tahun 2010 tentang Pembuatan Digester Biogas Skala Rumah Tangga Menggunakan Kotoran Ternak Sapi dijelaskan beberapa bahan-bahan yang dibutuhkan sebagai berikut:
1.  Bak Inlet & outlet
       Batako   100 buah
       Pasir.     0,50 mobil
       Semen        4 sak
       Paralon  4". 1 Batang
       Elbow .4".    4 buah
2. Digester
       Plastik tabung PE berdiameter 2 meter dan panjang 21 meter
       Tedmond sock 3/4" satu buah
       Paralon 3/4" satu buah
       Paralon 1/2" satu buah
       Klepkeran pipa 3/4"  2 buah
       Klepkeran pipa 1/2    2 buah
       Selang berserat 3/4"   15 buah
       Selang berserat  5/8"     3 buah
       Selang berserat  1/2"     3 buah
       Selang berserat.  1/4"    8 buah
       Sock T 3/4"            1 buah
       Bambu dengan panjang 3 meter sebanyak satu bayang
       Selang karet 1/2" sepanjang 2 meter
       Tali karet ban dalam sepanjang 10 meter
       Lem dextone  1 Buah
       Lem Aica Albon 1 buah
       Lem PVC 1 buah
       Tape sale 1 buah
       Klem besi  1" 4 buah
       Klem besi  3/4" 4 buah
       Klem besi  5/8" 4 buah
       Klem besi 1/2" 4 buah
3. Penampung gas
       Plastik PE berdiameter 1 meter dengan panjang 12 meter
4. Kompor gas 1 lubang sebanyak satu buah
Kebutuhan selang dan pipa sangat bergantung pada jarak antara dapur dengan tempat penampungan gas. Sehingga dapat berubah sesuai kondisi di masing-masing rumah tangga. Kekuatan cari instalasi dapat mencapai waktu lima tahun. Sehingga biaya dan kebutuhan dapat ditekan dengan daya tahan instalasi.
         Dalam pembuatan biogas dibutuhkan tahapan-tahapan hingga gas yang dihasilkan dapat dinikmati oleh masing-masing rumah tangga. Dalam bak tahapan-tahapan tersebut sangat dibutuhkan pengetahuan yang memadai dan pengalaman dalam membuat dan mengolah kotoran sapi. Selain itu bahan bahan yang dibutuhkan adalah kotoran ternak sapi atau kambing, sampah organik, bak pengaduk dan saluran kotoran. Tahap-tahap pembuatan digester adalah sebagai berikut: pertama plastik PE digelar dialas yang sudah dibersihkan untuk menghindari kebocoran. Panjangnya sesuai dengan panjang digester yang diinginkan oleh masing-masing rumah tangga. Pembuatan digester bambu, tiap-tiap sambungan bambu dilakban/ dilapisi tali karet hingga tidak ada bagian yang tajam yang dapat merusak plastik digester. Selanjutnya kerangka bambu dimasukkan ke dalam plastik PE yang sudah dilapisi. Jika lubang tanah digester panjangnya 4 meter maka panjang kerangka bambu juga 4 meter sedangkan plastik PE panjangnya 6 meter setiap sisinya dilebihi satu meter satu sisi sebagai pemasukan dan satu sisi yang lain sebagai keluaran dari pipa. Plastik juga akan menjadi pipa pada akhirnya. Berikutnya di bagian tengah digester dilubangi dari dalam dengan hati-hati untuk memasang socket drat TEDMON. Setelah socket drat TEDMON terpasang diatasnya dipasangi tipe dan peran dan dilakukan dengan hati-hati agar tidak ada kebocoran pada plastik digester. Digester kemudian dibawa ke lubang yang telah disiapkan sebelumnya. Di salah satu ujung lubang dibuat sebuah bak penampungan dengan ukuran 60x70 cm. Dasar lubang dibersihkan dari sisa-sisa akar dan kayu untuk mencegah terjadinya kebocoran pada plastik digester. Digester kemudian dimasukkan pada lubang sesuai dengan ukuran lubang. Ujung-ujung digester diikat dengan tali karet dan disesuaikan posisinya sesuai dengan posisi kemiringan lubang. Untuk lubang pemasukan kemiringannya seperti pada kemiringan sudut jam 11.00. Untuk kemiringan pengeluarannya seperti kemiringan pukul 114.00 siang. Bak penampungan mulai dipasang bata dan pipa pemasukan diatur sedemikian rupa. Selanjutnya tahap-tahap pengisian gas secara garis besar adalah sebagai berikut:
1. Digester dapat langsung diisi dengan kotoran sapi atau sampah organik yang telah     diencerkan dengan air.
2. Perbandingan antara air dan kotoran sapi adalah 1:2-3. Artinya Satu ember kotoran sapi diencerkan dengan dua hingga tiga ember air.
3. Untuk pengisian pertama kali digester diisi hingga penuh yang ditandai dengan tumpahnya air pada lubang pengeluaran.
4. Biarkan kondisi tersebut hingga membentuk gas secara sendirinya yang ditandai dengan menggelembungnya digester biasanya membutuhkan waktu 2 hingga 4 Minggu.
5. Untuk mempercepat fermentasi pembetukan gas maka dapat probiotik.
Gas yang terbentuk pertama kali harus dibuang dengan cara menekan nekan digester atau menggunakan pembetukan,  hal ini pertama dilakukan karena gas yang terbentuk belum didominasi Gas metan atau tetapi Gas Gas lain seperti hidrogen dan CO2.
         Dalam inovasi pengolahan kotoran sapi menjadi biogas ini makan banyak dilibatkan pihak-pihak yang berkaitan. Dalam hal ini kami melibatkan baik dari pemerintahan maupun dari non pemerintahan. Dari pihak pemerintahan kami agar melibatkan segenap perangkat desa dan instansi instansi yang dapat diajak bekerjasama. Dari pihak non pemerintahan kami akan melibatkan tokoh-tokoh masyarakat dan tokoh agama yang memiliki peran cukup besar di kalangan masyarakat luas. Proses difusi dari inovasi ini sangat bergantung pada tokoh-tokoh masyarakat dan tokoh-tokoh agama mengingat Desa Panarukan kondisi penduduknya masih sangat tradisionalis. Rangkaian-rangkaian analisis rencana kerja kami sesuai dengan buku Difusi dan Inovasi. Gambaran yang lebih jelas mengenai konsep kami akan kami jabarkan pada bagian-bagian selanjutnya.
UNSUR POKOK DIFUSI INOVASI
         Desa Panarukan merupakan desa yang penduduknya memiliki banyak ternak sapi sehingga terdapat banyak kotoran sapi yang dapat dioptimalkan keberadaannya. Kotoran Kotoran sapi tersebut oleh masyarakat setempat biasa dibuang di sungai sehingga dapat mengganggu dan merusak kelangsungan ekosistem sungai. Selain itu dengan semakin banyaknya kotoran sapi yang dibuang di sungai maka akan dapat menyumbat aliran air menuju persawahan. Hal yang demikian akan semakin mengkhawatirkan jika musim penghujan datang. Karena pada musim penghujan persediaan air menjadi sangat melimpah dan membutuhkan saluran air yang memadai untuk mengalirkannya. Padahal jika penduduk setempat mau banyak belajar dan mencari tahu manfaat dari kotoran sapi tentu mereka tidak akan membuang kotoran sapi tersebut secara cuma-cuma. Dengan latar belakang kondisi lingkungan tersebut, maka kelompok kami memutuskan untuk memanfaatkan kotoran ternak sapi tersebut menjadi biogas. Karena dengan merubah kotoran sapi tersebut menjadi biogas maka ketergantungan masyarakat setempat akan kayu bakar dan gas elpiji menjadi berkurang. Selain itu malaikat juga akan menjadi masyarakat yang ramah terhadap lingkungannya sendiri.
         Setiap rencana-rencana yang akan melibatkan masyarakat tentu sangat tidak mudah untuk diwujudkan. Komunikasi yang intens menjadi salah satu kunci yang sangat menentukan apakah suatu inovasi akan dapat diterima oleh masyarakat atau justru ditolak dan diabaikan. Maka dalam tahap difusi sangat dibutuhkan orang-orang yang memiliki kemampuan memadai dalam hal berkomunikasi. Pada masyarakat Desa Panarukan yang mayoritas penduduknya merupakan suku Madura juga dibutuhkan orang yang memiliki keahlian dalam berkomunikasi terutama dengan bahasa Madura. Oleh sebab itu kami mengoptimalkan tokoh-tokoh masyarakat desa mereka sendiri mulai dari kepala desa, perangkat desa, sesepuh desa, dan yang juga tidak kami lupakan sosok seorang Kyai. Selain tokoh-tokoh tersebut kami juga mengoptimalkan ruang ruang publik yang menjadi sarana bagi masyarakat untuk berkumpul dan bertukar informasi. Ruang ruang publik yang termasuk i adalah pengajian pengajian, muslimatan, jamaah tahlil, dan pertemuan-pertemuan wargavyang lain. Waktu pelaksanaan dari program yang kami rencanakan adalah pada bulan Desember hingga April. Mengingat pada bulan-bulan tersebut curah hujan sangat tinggi sehingga terdapat banyak kelebihan air. Sungai-sungai pada bulan tersebut juga menjadi sangat penuh oleh air. Sehingga warga desa akan berpikir dua kali untuk tidak menjalankan inovasi yang ditawarkan. Apalagi pada bulan-bulan tersebut mereka juga merasakan dampak langsung dari membuang kotoran sapi di sungai.
        Sistem sosial pada masyarakat juga memiliki peranan penting dalam menentukan sukses dan tidaknya suatu inovasi. Bahkan tak jarang inovasi yang sebenarnya sangat bagus justru tidak dilirik dan dimanfaatkan oleh masyarakat dengan baik karena berlawanan dengan sistem sosial yang berlaku. Pada masyarakat Madura suatu sistem sosial dimana Kyai menjadi tokoh penting dalam masyarakat. Jika tokoh Kyai sudah dapat menerima inovasi dengan baik maka sebagian besar dari anggota masyarakat tersebut juga akan menerapkan inovasi tersebut. Dengan demikian makam sistem sosial yang berlaku di Desa Panarukan Sama persis dengan sistem sosial yang berlaku pada masyarakat Madura. Maka dalam inovasi ini Kyai dilibatkan secara aktif dan diposisikan sebagai inovator dan golongan Elite.
PERTUMBUHAN INOVASI
         Sebuah inovasi tidak boleh terbengkalai. Karena setiap inovasi diciptakan dengan latar belakangnya masing-masing. Sebuah inovasi biasanya lahir dari adanya keterbatasan yang dialami oleh masyarakat. Sehingga ketika sebuah inovasi dibiarkan terbengkalai maka kesulitan-kesulitan yang dialami oleh masyarakat tidak akan pernah terselesaikan. Pada tahap pengenalan inovasi pengolahan kotoran sapi menjadi biogas ini kami akan bekerjasama dengan tokoh tokoh masyarakat Desa Panarukan. Tokoh-tokoh masyarakat tersebut yang akan cara mengajak kerjasama adalah Kyai jalan para perangkat desa. Di rumah-rumah merekalah inovasi ini akan mulai diperkenalkan dan mulai dipraktekkan. Apalagi jika Kyai tersebut juga memiliki pondok pesantren, makan Pondok Pesantren tersebut juga menjadi tempat percontohan dari inovasi biogas ini.
         Sistem sosial ekonomi memiliki peranan yang sangat besar dalam pengembangan inovasi. Karena suatu inovasi membutuhkan tidak sedikit biaya dalam pengembangannya. Namun demikian status sosial di masing-masing daerah dan tempat sangat beragam dan tak seperti status ekonomi yang selalu dapat diukur. Pada masyarakat Madura seorang Kyai memiliki kedudukan sosial yang sangat tinggi pada masyarakat karena mereka menganggap sosok Kyai sebagai seorang yang berpengetahuan lebih dan memiliki kedekatan dengan Tuhan Yang Maha Esa. Status sosial dalam masyarakat memiliki kedudukan yang lebih tinggi dibandingkan dengan status ekonomi. Karena masyarakat memiliki kecenderungan untuk ada orang yang memiliki pengaruh aksi nyata lingkungan seorang Kyai.
         Setiap inovasi tentu memiliki hambatan-hambatan dalam penyebarannya. Tak terkecuali inovasi biogas dari kotoran sapi. Hambatan dalam sebuah inovasi dapat berasal dari eksternal kelompok tersebut atau bahkan berasal dari internal anggota masyarakat. Dalam inovasi ini yang menjadi kendala terbesar adalah kondisi masyarakat yang masih sangat tradisional dan sedikit tertutup dari perubahan. Aktor tingkat pendidikan pun menjadi salah satu sebab yang akan mempersulit penyebaran dari inovasi biogas ini. Masyarakat akan cenderung tidak mau tahu dengan inovasi yang diciptakan karena mereka merasa tidak nyaman dan tidak memiliki pengetahuan yang cukup akan penggunaan biogas ini.
PROSES KEPUTUSAN INOVASI
         Inovasi inovasi yang diciptakan pada akhirnya tergantung pada masyarakat penggunanya Apakah akan terus digunakan atau justru ditinggalkan. Pada tahap tahap awal atau tahap pengenalan inovasi biogas ini akan diperkenalkan pada tokoh-tokoh masyarakat Desa Panarukan. Mulai dari Kyai perangkat desa sesepuh desa lainnya. Pada tahap awal ini diharapkan tokoh masyarakat mengetahui dengan baik manfaat dari adanya biogas. Sehingga pada tahap tahap berikutnya mereka akan dengan mudah menyebarluaskan inovasi yang telah mereka kuasai.
         Pada tahap berikutnya tokoh-tokoh masyarakat yang sudah menggunakan inovasi akan berperan besar dalam tahap penyebarluasan. Tahap ini sering disebut sebagai tahap persuasi. Pada tahap ini inovasi biogas akan diperkenalkan secara luas dan gencar kepada segenap warga masyarakat. Pada tahap persuasi masyarakat diperkenalkan dengan inovasi biogas ini. Dengan ketokohan Tunjukkan oleh mengenal inovator maka dengan mudah masyarakat akan mengikuti inovasi tersebut. Pada akhirnya masyarakat lah yang akan mengambil keputusan apakah mereka akan menerapkan inovasi baru yang diperkenalkan atau justru mereka mencari inovasi baru yang lain. Jika mereka menyukai inovasi tersebut masyarakat desa Panarukan makan secara kontinyu memakai dan mengukuhkan inovasi tersebut.
SIFAT INOVASI DAN KECEPATAN ADOPSI
         Setiap inovasi kecepatan yang berbeda-beda dalam tahap artinya. Dalam beberapa kasus terkadang inovasi diadopsi dengan cepat oleh masyarakat. Namun tak jarang inovasi juga sangat lambat untuk diadopsi oleh masyarakat. Sebagai contoh media media sosial seperti WhatsApp misalnya memiliki kecepatan daya adopsi yang sangat tinggi. Tentu hal ini sangat berbeda jika dibandingkan dengan proses adopsi dari listrik bertenaga surya. Itu artinya kesesuaian masing-masing inovasi dengan kondisi masyarakat saling berkaitan. Masyarakat juga memiliki kecenderungan untuk mengadopsi hal-hal yang memiliki keuntungan secara ekonomis. Semakin menguntungkan suatu inovasi maka akan semakin cepat inovasi tersebut diadopsi oleh masyarakat. Dalam inovasi biogas yang berbahan dasar kotoran sapi tentu memiliki aspek ekonomi semakin berkurangnya pengeluaran untuk membeli tabung gas elpiji.
         Kesesuaian merupakan faktor penting yang berperan besar dalam proses adopsi suatu inovasi. Jika tidak terdapat kesesuaian dalam suatu inovasi proses adopsi nya menjadi sangat lambat. Kesesuaian dalam hal ini dapat berupa kebutuhan masyarakat akan inovasi dan juga kesesuaian dalam segi nilai dan norma tata tertib yang berlaku pada lingkungan masyarakat. Pada masyarakat desa Panarukan mereka memiliki kesesuaian terutama dalam segi kebutuhan. Hanya saja perlu disesuaikan dengan sistem nilai yang berlaku di kalangan penduduk desa Panarukan sehingga proses adopsi dapat dipercepat dilakukan.
KEINOVASIAN DAN KATEGORI PENGGUNA INOVASI
          Pengguna sebuah inovasi kelompok golongan saja. Akan tetapi terdapat banyak golongan golongan dalam masyarakat yang sangat kompleks. Pengguna inovasi dapat diklasifikasikan menjadi beberapa golongan yaitu: inovator atau petualang, ketokohan, mayoritas awal, mayoritas akhir, dan lagurd. Inovator atau petualang adalah orang yang mencoba langsung inovasi yang paling baru mereka paling sedikit dibandingkan dengan golongan-golongan lain. Melangkah bersedia menanggung resiko yang ditimbulkan cari adanya inovasi. Kelompok kedua biasa disebut dengan tokoh.  Kelompok ini menerapkan suatu inovasi setelah para petualang mencobanya terlebih dahulu. Kelompok ingin menjadi jembatan antara inovator dengan mayoritas awal dan mayoritas akhir. Kelompok ketiga adalah mayoritas awal. Kelompok ini merupakan kelompok yang memiliki kekritisan terhadap suatu inovasi. Mereka cenderung menunggu tokoh-tokoh yang mereka percayai untuk menggunakan suatu inovasi. Kelompok keempat adalah mayoritas akhir. Kelompok ini adalah orang-orang yang memakai suatu inovasi setelah semakin banyak yang menggunakan inovasi tersebut. Dan kelompok terakhir adalah tradisional kelompok ini paling sulit perubahan. Mereka cenderung tertutup dan Menolak adanya pembaharuan. Secara analisis makam maka dapat digolongkan penduduk desa Panarukan sebagai berikut; Kami adalah sebagai inovator, para tokoh masyarakat Kyai merupakan tokoh atau golongan kedua. Para kaum terpelajar menjadi golongan mayoritas awal. Warga masyarakat biasa menjadi mayoritas akhir, dan warga desa yang sudah lanjut usia dan yang memiliki pendidikan rendah mereka menjadi golongan tradisional.
KETOKOHAN
         Dalam sebuah kelompok terdapat berapa orang yang dapat dikatakan menjadi inti dari kelompok tersebut. Orang-orang ini selalu dipandang pendapatnya diikuti tingkah lakunya dan dihargai apa apa yang ia sarankan. Mereka ini biasa dikenal sebagai tokoh masyarakat. Antara satu tokoh masyarakat dengan yang lain sangat berbeda pengaruhnya terhadap masyarakat. Hal ini sangat tergantung kepada ketokohannya. Ketokohan biasanya cepat bersumber dari status sosial status ekonomi.  dalam masyarakat Desa Panarukan maka yang menjadi tokoh masyarakat paling mencolok adalah sosok seorang Kyai. Oleh sebab itu maka kami mengajak mereka bekerja sama dalam rangka menyebarluaskan sebuah inovasi yaitu biogas berbahan dasar kotoran ternak sapi. Dengan adanya kerjasama dengan Kyai atau tokoh masyarakat penyebarluasan dari inovasi menjadi lebih cepat.
Daftar Pustaka
TimPengabdian Masyarakat Dana DIPA, 2010, Pembuatan Digester Biogas Skala Rumah Tangga berbahan Kotoran Sapi, UNIVERSITAS SRIWIJAYA
Difusi inovasi

No comments:

Post a Comment

Post Top Ad

Responsive Ads Here