TRADISI TANPA MAKNA (Studi kapitalisasi tradisi Bali) Oleh: Teguh Kasiyanto NIM: 140910302053 - ILMU BAROKAH MANFAAT

Recent

Post Top Ad

Responsive Ads Here

Post Top Ad

Responsive Ads Here

Wednesday, April 5, 2017

TRADISI TANPA MAKNA (Studi kapitalisasi tradisi Bali) Oleh: Teguh Kasiyanto NIM: 140910302053

Abstrak

Artikel ini bertujuan untuk menjelaskan tentang kondisi masyarakat Bali dalam rangka menjalankan setiap tradisinya.Sebuah tradisi sejarah turun temurun jelaskan dari generasi ke generasi berikutnya pada setiap lapisan masyarakat yang ada. Tradisi tradisi tersebut dilakukan karena dinilai memiliki makna tertentu yang oleh masyarakat biasanya disebut memiliki nilai kesakralan. Tradisi dalam masyarakat yang memiliki nilai kesakralan sangat tinggi tidak secara sembarangan diterapkan dan dipertontonkan di kalangan umum terkecuali karena adanya upacara adat istiadat. Upacara adat istiadat. Namun seiring dengan berkembangnya zaman dan ilmu pengetahuan maka akhirnya nilai-nilai yang terkandung dalam tradisi masyarakat Bali terutama dalam tari menari mulai luntur. Serangkaian komersialisasi terhadap produk kebudayaan membuat masyarakat Bali kehilangan akan jati dirinya. Produk kebudayaan membuat masyarakat Bali kehilangan akan jati dirinya Bali merupakan provinsi yang menjadi destinasi wisata baik asing maupun nasional. Kemajuan sektor pariwisata telah mendorong kemerosotan dalam tradisi. Hal ini sejalan dengan adanya komersialisasi pariwisata yang sangat berlebih-lebihan. Sehingga tradisi yang awalnya memiliki kesakralan dan makna spiritual Kini tak lebih hanya sebagai tradisi formalitas tanpa makna. Tradisi Bali tersebut tak hanya berupa tari, bahkan upacara adatnya pun dipromosikan sebagai objek pariwisata. Hal ini sesuai yang disampaikan oleh Herbert marcuse yang menyebut manusia manusia dengan pandangan kapitalis sebagai manusia satu dimensi. Dan hal Inipun yang terjadi pada masyarakat Bali di era ini. Padahal hilangnya kesakralan dari setiap tradisi dalam masyarakat Apa bunyi akan menyebabkan hilangnya makna substansi dari tradisi tersebut.
Kata Kunci: Tradisi, Tanpa Makna, Komersialisasi

PENDAHULUAN
         Bali merupakan salah satu daerah atau provinsi yang terkenal di Indonesia. Provinsi yang terletak di sebelah timur Jawa Timur dan di sebelah barat Nusa Tenggara Barat ini adalah provinsi yang memiliki banyak keunikan dan keragaman corak budaya. Provinsi ini sering menjadi destinasi wisata baik oleh wisatawan dalam negeri maupun wisatawan luar negeri. Menurut data BPS Provinsi Bali, lokasi Bali secara spesifik adalah,
"Bali dikenal sebagai pulau dewata (paraduse Islandia) yang merupakan salah satu provinsi di Indonesia. Bali terletak di antara pulau Jawa dan pulau Lombok. Ibukota provinsinya adalah Denpasar yang terletak di bagian selatan Pulau ini. Pulau Bali adalah bagian dari Kepulauan Sunda kecil sepanjang 153 KM dan lebar 112 km, sekitar 3,2 km dari Pulau Jawa. (BPS Provinsi Bali:2010:1).
         Provinsi Bali memang terkenal dengan ragam tradisinya yang sudah banyak diketahui oleh wisatawan mancanegara. Baik tarian maupun adat istiadat yang lain pun juga tak kalah menjadi tujuan dari wisatawan. Dari sektor wisata inilah provinsi Bali mengalami banyak perkembangan dan kemajuan dalam bidang perekonomian. Namun yang perlu kita ketahui adalah tradisi tradisi yang berjalan di Bali kini sudah mulai luntur. Karena tradisi tersebut dijadikan objek dari komersialisasi tradisi. Hal ini selaras dengan salah satu artikel dalam Antara News sebagai berikut,
"Pengamat seni budaya Bali, Kadek Suartaya, mengemukakan, komersialisasi kesenian Bali muncul sejak zaman kolonial Belanda sekitar 1930."Kreasi baru dan adaptasi dari kesenian tradisional dilakukan para seniman untuk memberikan hiburan kepada wisatawan mancanegara," kata Suartaya, yang juga dosen Institut Seni Indonesia Denpasar, Jumat." [AntaraNews, ]
         Jika ternyata komersialisasi terhadap kebudayaan dan tradisi Bali terjadi sejak masa Belanda, maka terdapat banyak kemungkinan terhadap tradisi tersebut untuk dirubah atau bahkan tidak sesuai lagi dengan niat esensi dan nilai-nilai muatan yang terkandung di dalamnya. Lebih lanjut kandidat doktor Universitas Atma Jaya Yogyakarta tersebut menyatakan;
"Kesenian kecak  atau cak merupakan perintis seni pertunjukan untuk wisatawan di Pulau Dewata.Setelah tari kecak yang dipisahkan dari tari sanghyang  dan dijadikan pertunjukan wisata di Desa Bedulu, Kabupaten Gianyar, sekitar 1930-an, disusul pemisahan tari barong dari pertunjukan sakral calonarang di Tegaltamu, Batubulan, pada 1940-an. Hal itu dilakukan karena wisatawan untuk bisa menyaksikan pagelaran itu harus menunggu masyarakat saat melaksanakan ritual keagamaan.Selain itu juga dipentaskan tari janger, genggong, dan joged  ikut meramaikan kepariwisataan Bali. Seni pertunjukan dan dunia seni umumnya berkaitan erat dengan sejarah kepariwisataan Pulau Dewata. .[AntaraNews]"
Semakin lama tradisi Bali semakin banyak yang dikomersialisasikan sebagai usaha untuk peningkatan pariwisata Bali sekaligus alih-alih untuk memperbaiki perekonomian masyarakat di daerah tradisi tersebut dijalankan.
         Angka kunjungan wisatawan dari tahun ke tahun terutama wisatawan mancanegara terus mengalami kenaikan yang signifikan. Kenaikan signifikan ini contoh dicapai dengan usaha dari Dinas Pariwisata setempat dan kementerian pariwisata Republik Indonesia yang tidak henti-hentinya mempromosikan berbagai macam tradisi dari provinsi Bali. Angka kenaikan kunjungan wisatawan asing tersebut dapat diamati sebagai berikut,
"Wisatawan mancanegara asal kawasan Eropa yang melakukan perjalanan wisata ke Bali dalam musim panas tahun ini meningkat 59,4 % dari 76.822 orang pada bulan Juni 2016 menjadi 122.455 orang pada Juli 2016."Peningkatan kunjungan wisatawan Eropa yang signifikan itu menunjukkan usaha pemerintah bersama komponen industri pariwisata dalam mempromosikan Indonesia khususnya Bali ke kawasan Eropa tidak sia-sia," kata pengamat pariwisata Dewa Nyoman Putra,  Selasa (27/9/2016).Ia mengatakan, selain promosi yang dilakukan secara gencar, kenaikan wisatawan itu sebagai dampak kebijakan Pemerintah Indonesia memberikan bebas visa kepada sejumlah negara sahabat serta dukungan kondisi keamanan yang kondusif.Menurut Dinas Pariwisata Provinsi Bali, kunjungan turis dari kawasan Eropa ke Pulau Dewata rata-rata 76.000 orang per bulan, kemudian melonjak pada Juli 2016 menjadi 122.455 orang, sehingga selama tujuh bulan periode Januari-Juli 2016 mencapai 583.463 orang.Jumlah kunjungan wisatawan tersebut meningkat signifikan, sehingga andil kontribusi negara-negara di kawasan Eropa sebesar 21,17 % dari total masyarakat internasional yang datang berlibur ke Pulau Bali selama tujuh bulan periode Januari-Juli 2016 sebanyak 2,7 juta orang.Pelancong asal Kerajaan Inggris merupakan yang terbanyak dari kawasan Eropa dengan %tase peningkatan tertinggi yakni mencapai 40,05 % dengan jumlah kunjungan 120,476 orang pada Januari-Juli 2016.Kedatangan turis asal Inggris itu termasuk empat besar di antara negara utama pemasok turis asing ke Bali, melompat dua tingkat jika dibandingkan Juli 2015 yang saat itu menempati urutan ke enam dengan jumlah pelancong sebanyak 86.024 orang atau masih di bawah Korea Selatan.Dewa Nyoman Putra menambahkan, peningkatan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara hingga pertengahan 2016 didorong adanya penambahan penerbangan, termasuk pesawat carteran dari berbagai negara asal pelancong ke Bali dan sebaliknya.Wisatawan asal Prancis yang menikmati keunikan seni budaya dan panorama alam Bali ada pada urutan kedua dari kawasan Eropa sebanyak 89.161 orang selama tujuh bulan periode Januari-Juli 2016, naik 14,46 % dibanding peride yang sama tahun sebelumnya hanya 77.898 orang.Kemudian disusul pelancong dari Jerman sebanyak 77.710 orang periode Januari-Juli 2016 atau bertambah 15,78 % jika dibandingkan sebelumnya hanya 67.120 orang, sedangkan turis Belanda mencapai 55.640 orang atau bertambah 17,74 % dari periode sebelumnya 47.257 orang.[Bali bisnis.com]"
Dari data tersebut maka seluruh tradisi adat istiadat Bali baik yang berupa tar,i kesenian adat, ataupun bahkan tradisi upacara yang sebelumnya sangat sakral seiring tuntutan komersialisasi pariwisata menyebabkan mereka mengorbankan kesakralan tersebut dengan hal yang lain. Sehingga menjadi penting untuk kita ketahui bersama dan mencoba mencari jalan keluar dari permasalahan yang ada.

TEORI

         Herbert Marcuse merupakan salah satu teoritisi dari sosiologi politik yang memiliki pengaruh besar pada perkembangan teori sosiologi hingga masa ini. Marcuse merupakan salah satu dari teoritisi marksisme yang masih berpegang pada pemikiran dan pendapat pendapat Karl Marx. Menurut Ritzer teori kritik adalah,
"Produksi kelompok Neo marxis Jerman yang tidak puas dengan keadaan teori marxian (J. Benstein, 1995 Keliner 1993,2005) untuk suatu  pandangan yang lebih luas atas teori kritis lihat Agger 1998), khususnya tendensinya terkait determinisme ekonomi organisasi yang diasosiasikan dengan teori kritis, institute of social research (lembaga riset sosial) didirikan di Frankfurt Jerman pada 23 Februari 1923 (Wheatland 2009, Wiggershaus 1994). Teori kritis telah berkembang keluar batas-batas aliran Frankfurt (Calhoun dan KJaragamin, 2001, Keliner 2005,-Langman, 2007, Telos, 1989,1990). Teori kritis sebagian besar berorientasi pada Eropa,  meskipun pengaruhnya telah bertumbuh di dalam Sosiologi Amerika (Marcuse 1999, Van Den Berg 1989)." !Ritzer,2012:477).
         Perkembangan teori kritis menyebabkan kita mudah untuk membaca peradaban yang sedang berlangsung di dunia ini. Dengan teori kritis bahkan hingga teori teori cultural studies akan membuat kita mudah untuk menyaksikan mode baru dari operasional para Bos kapital. Dunia yang berjalan saat ini tidak lepas dari peran besar pemilik modal dan usaha-usahanya untuk menguasai seluruh aset produksi tanpa terkecuali hal-hal yang bersifat kultural pun juga mengambil peran ekonominya. Menurut Braker dalam bukunya yang berjudul cultural studies teori & praktik dia menjelaskan tentang kebudayaan yang memainkan peran ekonomi.
Dia bertindak sebagai branding bagi sebuah kota mengasosiasikan nya dengan barang-barang yang diinginkan sebagai contoh representasi film terhadap Cakrawala kota New York gedung gedung pertemuan Revolusi Amerika yang diselenggarakan oleh kota Boston jembatan, Opera House, pelabuhan Sidney, kebudayaan seni di Florence  London dan Tokyo.
Industri budaya termasuk film, televisi, agen iklan dan bisnis musik yang menjadikan kota tampak gelamor tumbuhnya kerjasama secara langsung dan berbagai keuntungan ekonomi.
Bukan karena pengaruh manufaktur Museum, restoran, toko, teater, klub, dan bar di berbagai kota menyebabkan ruang konsumsi yang bersahabat.ebagai contoh Paris adalah kota dunia atau finansial melainkan karena sejarah arsitektur dan masakannya menarik perhatian untuk didirikannya sejumlah markas / konvensi dan organisasi International.
Serangkaian teori tersebut dapat digunakan untuk menganalisis fenomena yang terjadi di Pulau Dewata. Masyarakat pulau Bali saat ini sudah dalam kondisi ditaklukan. Setidaknya sedang terjadi penaklukan terhadap masyarakat Bali oleh komersialisasi terhadap kebudayaan dan tradisi yang mereka anut. Sebuah penaklukan yang tidak membahagiakan yang di sublimasi secara represif (Marcuse, 2016:89) demi kesuksesan dan tercapainya target pendapatan pemerintah.

PEMBAHASAN
         Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia istilah tradisi memiliki arti n 1 adat kebiasaan turun-temurun (dari nenek moyang) yang masih dijalankan di masyarakat; 2 penilaian atau anggapan bahwa cara-cara yang telah ada merupakan yang paling baik dan benar; mentradisi v menjadi tradisi: tingkahlaku yang berlebihan dan omong besar dari pemimpin-pemimpin yang telah ~ haruslah dihapuskan. Sebuah tradisi biasanya dilakukan secara turun temurun melalui pewarisan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Pewarisan tradisi ini bersifat secara normatif dan dari lisan krisan tanpa adanya bentuk-bentuk tulisan di sebagai penyampai dari tradisi tersebut. Setiap tradisi memiliki landasan filosofis yang berbeda-beda tergantung dari kepercayaan dan letak geografis tradisi tersebut berasal.
        Bali memang kaya akan budayanya. Namun dengan adanya komersialisasi terhadap tradisi dan kebudayaannya maka masyarakat Bali mulai bergeser dari kulturnya semula. Dahulu masyarakat Bali begitu taat dan patuh terhadap Seluruh ajaran dan tradisi yang mereka terapkan dalam kehidupandahulu masyarakat Bali begitu taat dan patuh terhadap Seluruh ajaran dan tradisi yang mereka terapkan dalam kehidupan sehari-hari. Setidaknya jika kita bandingkan dengan pernyataan dari Agus Wahyudi tentang wayang kulit maka kita dapat menyampaikan jika masyarakat Jawa masih berpegang pada nilai dan tradisi yang dianut, dan pada kasus masyarakat Jawa tidak terjadi adanya komersialisasi terhadap kebudayaan.
        Pada masyarakat Bali setelah terjadinya pemisahan pemisahan antara satu tradisi dengan satu yang lain dengan tujuan pariwisata menimbulkan masyarakat Bali tidak lagi memiliki rasa kepedulian terhadap budayanya. Apa apa yang mereka terapkan dan menikah lakukan semata-mata hanya untuk sebuah komersialisasi kebudayaan tanpa adanya makna dan esensi yang dahulu sangat mereka dan mereka angkat tinggi-tinggi nilai-nilainya. Pergeseran ini jika tidak segera dihentikan maka akan menimbulkan musnahnya suatu tradisi di masa mendatang dikarenakan generasi penerusnya yang sudah tidak lagi memahami makna filosofis dari setiap prediksi yang mereka. Makna filosofis dari setiap tradisi yang mereka jalani.
         Pemerintah harusnya tidak hanya bertujuan untuk memperbanyak pendapatan negara melalui banyaknya wisatawan mancanegara, akan tetapi pemerintah juga harus dan memiliki tanggung jawab untuk menjaga kelestarian dari setiap tradisi yang dimiliki dan dijalankan oleh masyarakatnya. Sehingga dengan demikian tradisi dapat Lestari dan bertahan dari segala gempuran kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan serta mampu mempertahankan eksistensinya di tengah kemajuan zaman. Menurut Benedict Anderson cinta harus tetap mempertahankan tradisi tersebut. Puasa dari sebuah tradisi Tapan membantu masyarakat agar tidak Kehilangan jati dirinya.

KESIMPULAN
         Berbicara mengenai kesenian dan tradisi yang kemudian eksis sebagai objek pariwisata memang tidak akan pernah ada habisnya. Seiring dengan perkembangan zaman komersialisasi terhadap adat tradisi dan kebudayaan suku-suku di Indonesia yang mengalami proses komersialisasi dalam bidang kepariwisataan, yang diantara Tujuannya adalah untuk memperbanyak pendapatan daerah dan pendapatan negara dari perputaran mata uang asing dalam negeri. Dari berbagai uraian yang telah dikemukakan sebelumnya, dapat kita simpulkan jika tradisi yang dijalankan oleh masyarakat pulau Bali pada umumnya, hanyalah sebagai alat untuk mencapai target target dari adanya komersialisasi atau ekonomi cultural kebudayaan. Dengan demikian kita dapat menyampaikan jika apa yang dilaksanakan masyarakat Bali, adalah sesuatu kegiatan yang tidak lagi memiliki nilai filosofis dan esensi sebagaimana awal dari terbentuknya tradisi tersebut. Hal ini tentu berbeda jika dibandingkan dengan masyarakat Jawa yang masih berpegang pada ajaran dan tradisinya. Sebagai contoh wayang kulit misalnya, masih berperan sebagai sarana dakwah di kalangan masyarakat dalam tujuannya untuk menyampaikan pesan-pesan damai dan nilai-nilai luhur sebuah budaya yang mulai luntur.+Aris Wahyudi).

DAFTAR PUSTAKA

Buku
Anderson, Benedict, 2002, Kuasa Kata, Yogyakarta, Kreasi Wacana
BPS Provinsi Bali, 2010, Bali Dalam Angka, Bali, BPS
Braker, Chris, 2015, Cultural Studies Teori & Praktik, Edisi Kesembilan, Yogyakarta, Kreasi Wacana
Depdiknas, 2008, Kamus Bahasa Indonesia, Jakarta, Pusat Bahasa
Marcuse, Herbert, 2016, Manusia Satu Dimensi, Yogyakarta, PT Buku Seru
Ritzer, George, 2012 Teori Sosiologi Dari Sosiologi Klasik Sampai Perkembangan Terakhir Postmodern, Edisi Kedelapan, Yogyakarta, Pustaka Pelajar
Wahyudi, Aris, 2012, Lakon Dewa Ruci Cara Menjadi Jawa Sebuah Analisis Strukturalisme Levi Strauss​Dalam Kajian Wayang, Yogyakarta, Bagaskara
Interne
http://m.antaranews.com/berita/416825/komersialisasi-kesenian-bali-terjadi-sejak-zaman-kolonial [04.04.2017:17:15:43}
http://bali.bisnis.com/m/read/20160927/5/61877/pariwisata-bali-kunjungan-wisman-eropa-naik-594. [04.04.2017:18:45:39}
www.kompas.com

No comments:

Post a Comment

Post Top Ad

Responsive Ads Here