Paradigma Dalam Ilmu Sosiologi - ILMU BAROKAH MANFAAT

Recent

Post Top Ad

Responsive Ads Here

Post Top Ad

Responsive Ads Here

Monday, September 23, 2019

Paradigma Dalam Ilmu Sosiologi


Istilah paradigma mulai dipopulerkan oleh Thomas S, Kuhn pada tahun 1970 (Turner, 2010:400). Thomas S, Kuhn mulai memperkenalkan istilah tersebut pada bukunya yang tak terlalu tebal dengan judul "The Structure Scientific Revolution". Kuhn menganggap bahwa ilmuwan bekerja pada lingkup paradigma-paradigma tertentu. Sejarah mudahnya, paradigma dapat diartikan sebagai sudut pandang tertentu terhadap sebuah fenomena sosial.  Thomas S, Kuhn memiliki sebuah tujuan besar dalam penulisan buku tersebut. dia ingin memberikan penentangan terhadap pandangan orang-orang awam atas terjadinya perubahan pada ilmu pengetahuan. Menurut orang-orang awam ilmu pengetahuan berkembang secara kumulatif dan dibangun diatas ilmu pengetahuan sebelumnya yang telah matang. Anggapan tersebut menunjukkan bahwa ilmu pengetahuan terus bertumpuk-tumpuk dan mengarah pada munculnya pengetahuan pengetahuan baru di atasnya. (Ritzer, 2014:135-137)
Kuhn tidak sepenuhnya menyalahkan pendapat orang awam ataupun ilmuwan sebelumnya tentang perubahan ilmu pengetahuan. Akan tetapi dia juga tidak membenarkannya secara keseluruhan. Kuhn menganggap bahwa munculnya pengetahuan-pengetahuan baru sebagai dampak adanya revolusi yang terjadi dalam masyarakat. Revolusi tersebut secara perlahan namun pasti memunculkan paradigma paradigma baru ilmu pengetahuan.
Thomas S, Kuhn berusaha memberi gambaran yang ringkas atas terjadinya perubahan pada ilmu pengetahuan. Proses perubahan tersebut meliputi tahap-tahap sebagai berikut: Paradigma I - Normal Science - Anomali - Krisis - Revolusi - Paradigma II (Ritzer, 2012:1150). Kita dapat mencontohkan proses terjadinya perubahan tersebut sebagai berikut: Paradigma I, handphone dianggap sebagai alat komunikasi yang paling efektif. Selanjutnya ketika masyarakat mulai menerima handphone, maka terjadilah normal science. pada perkembangannya ternyata handphone masih menyisakan masalah yang perlu diatasi. Sehingga masalah masa menyimpulkan anomali bagi penggunanya. semakin lama masalah-masalah yang dialami oleh pengguna handphone ternyata semakin kompleks. Hal ini memunculkan krisis pada penggunanya. muncullah terobosan-terobosan teknologi untuk memperbaiki dan mengurangi masalah pada handphone. Pada akhirnya smartphone muncul sebagai jawaban atas kekurangan dari paradigma I. Dalam hal ini smartphone menjadi paradigma II.
George Ritzer salah seorang sosiolog pada tahun 1970-an, menulis sebuah buku yang spesifik membahas tentang paradigma dalam sosiologi. Dia mengadopsi istilah paradigma yang digunakan oleh Kuhn ke dalam ilmu sosiologi. Buku yang ditulis oleh George Ritzer ini telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan judul, "Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda". Ritzer selanjutnya membagi paradigma dalam sosiologi menjadi tiga bagian, yaitu: fakta sosial, definisi sosial dan perilaku sosial.


Baca juga :
Jenis-Jenis Modal Dalam Sosiologi

Fakta Sosial
Paradigma fakta sosial didasarkan pada tokoh sentral sosiologi yaitu Emile Durkheim. Emile Durkheim adalah salah satu sosiolog Prancis yang hidup pada gurun 1858 hingga 1917. Setidaknya ada dua hal utama yang menjadi sorotan dalam karya-karya Durkheim, yaitu: hal-hal yang bersifat sosial di atas hal-hal individual, dan yang kedua adalah pendapat tentang masyarakat yang dapat diteliti secara ilmiah (Ritzer, 2012:129). 
Paradigma fakta sosial menjauhkan kajian sosiologi dari kajian filsafat dan psikologi. Hal ini dikarenakan kajian sosiologi yang menjadi lebih terarah dan terukur. Emile Durkhelm berusaha menjadikan sosiologi sebagai ilmu pengetahuan yang mandiri dari ilmu pengetahuan yang lain (Langer dalam Beilharz, 2005:101). Fakta sosial secara mudahnya dapat dipahami sebagai sesuatu yang berada disekitar manusia. Fakta sosial juga dapat diartikan sebagai benda-benda yang berada di sekitar kita. Karena sifatnya yang faktual, maka paradigma fakta sosial memungkinkan peneliti untuk melakukan penelitiannya dengan menggunakan kuesioner ataupun wawancara untuk membandingkan sejarah sebuah peristiwa. Salah satu penulis dari teori fakta sosial adalah teori struktural fungsional.
Emile Durkheim membagi fakta sosial menjadi dua bagian utama, yaitu: material dan nonmaterial. fakta sosial material adalah faktor yang berada di sekitar kita dan dapat diamati secara jelas. Contoh dari fakta, sosial material adalah: gaya arsitektur, gaya berbusana, teknologi dan lainnya. Sedangkan fakta sosial non material adalah fakta sosial yang tidak tampak secara langsung namun eksis keberadaannya. Durkheim membagi fakta sosial non material menjadi beberapa bagian yaitu: moralitas, norma kolektif, representasi kolektif dan arus sosial. 
Setiap tindakan yang dilakukan oleh manusia, baik individu ataupun kelompok pasti terdapat fakta sosial yang meliputinya. Hal tersebut dikarenakan fakta sosial mengikat masyarakat dalam sebuah tatanan yang kuat. Sehingg,a sebelum masyarakat melakukan suatu hal, dia akan terlebih dahulu mempertimbangkan hal tersebut secara moralitas, norma yang berlaku ataupun kedudukan yang ditempatinya saat itu. Durkhelm percaya bahwa masyarakat dibentuk oleh kultur dan struktur yang berada disekitarnya (Langer dalam Beilharz, 2005:103)


Definisi Sosial
Paradigma definisi sosial didasarkan pada tokoh sosiologi klasik dari Jerman yaitu Max Weber. teori max Weber yang berkaitan dengan paradigma definisi sosial adalah Teori tindakan sosial dan verstehen. paradigma definisi sosial memungkinkan kita mengetahui motif dari suatu tindakan secara mendalam. Namun demikian, kelemahan dari paradigma definisi sosial adalah tidak dapat membahas fenomena dengan ruang lingkup yang luas.
Ketika kita melakukan sesuatu hal, Pernahkah kita memikirkan alasan mengapa kita melakukan hal tersebut? Apakah setiap tindakan yang kita lakukan, kita selalu mengetahui sebab dan akibat dari tindakan tersebut? Setidaknya dua pertanyaan tersebut adalah pertanyaan-pertanyaan dasar bagi kita baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat. Pertanyaan-pertanyaan tersebut memanglah sederhana. Akan tetapi dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut kita akan mengetahui tentang motif atau tujuan dari tindakan tindakan yang telah kita lakukan.
Teori tentang tindakan sosial adalah salah satu teori yang cukup dikenal dan sangat identik dengan Max Weber. Dengan teori tindakan sosial ini, Max Weber berusaha mengetahui alasan dari setiap tindakan individu yang berada di sekitarnya. Tindakan rasional yang diperkenalkan oleh Max Weber ini, didasarkan atas alasan alasan rasional dari seseorang dalam melaksanakan berbagai aktivitasnya. Max Weber membagi tindakan-tindakan yang dilakukan oleh individu menjadi empat tipologi. Berikut pembagian tindakan sosial menurut Max Weber:
  • Tindakan rasional instrumental adalah tindakan yang dilakukan oleh individu dikarenakan individu tersebut memiliki tujuan tujuan yang ingin dicapainya, sehingga individu tersebut melakukan serangkaian upaya-upaya untuk mewujudkan apa yang ia inginkan. Sebagai contoh, seorang remaja bercita-cita menjadi prajurit TNI. Karena keinginannya tersebut, ia setiap hari berolahraga dan melatih kekuatan tubuhnya. Setiap hari dia berlari secepat mungkin untuk dapat mencapai target. Seluruh yang dilakukan oleh remaja tersebut adalah serangkaian tindakan dalam langkah usaha menggapai cita-citanya.
  • Tindakan rasional berbasis nilai adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh individu dikarenakan kepercayaan terhadap suatu agama. Tindakan tersebut dilakukan bukan hanya karena sebuah kebiasaan, akan tetapi individu tersebut memiliki kesadaran bahwa yang dia lakukan adalah ajaran dari kepercayaan yang dia yakini. Sebagai contoh dari tindakan ini adalah seorang individu yang beribadah secara tekun karena dia meyakini apa yang dia lakukan akan membawa sebuah kebaikan.
  • Tindakan afektif adalah tindakan yang dilakukan oleh individu karena didasari oleh perasaan emosional atau juga karena dilandasi sikap berpura-pura. Tindakan semacam ini sangat sulit dipahami karena terkadang berjalan di luar kebiasaan atau juga di luar pikiran rasional.
  • Tindakan tradisional adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh individu karena sudah berlaku sebagai sebuah kebiasaan atau sebuah tradisi yang sudah berlangsung secara turun-temurun. Orang yang melakukan tindakan tradisional ini, tidak mempertanyakan ulang alasan-alasannya melakukan tindakan tersebut. Mereka menganggap tindakan tersebut wajar karena sudah dialami secara berulang-ulang.


Baca juga :
Max Weber Teori Dan Aplikasi

Perilaku Sosial
Paradigma perilaku sosial adalah paradigma dalam sosiologi yang memiliki hubungan erat dengan psikologi. Tokoh utama dari paradigma perilaku sosial adalah B.F Skinner. paradigma perilaku sosial memiliki metode khusus dalam penelitiannya yaitu metode eksperimen. paradigma ini khusus mengamati perilaku manusia yang cenderung tidak dipikirkan terlebih dahulu. Ada dua teori yang memiliki hubungan erat dengan paradigma ini yaitu: behaviorisme dan teori pertukaran.
Sosiologi behaviorisme memandang berbagai perilaku manusia dan dampaknya. Orang yang melakukan suatu hal cenderung bertindak dengan pikiran pendek. Hal ini memang lebih dondong pada psikologi jika kita tinjau dari perilaku nya saja. akan tetapi tentu dapat kita lihat dari segi sosiologis nya. Kita dapat meneliti sebab-sebab mengapa orang tersebut menjadi bertindak ke gegabah. Contoh nyata dari perilaku ini adalah orang-orang yang terdorong membeli barang tertentu karena adanya iming-iming hadiah ataupun diskon dalam jumlah tertentu.
Teori pertukaran sosial mengajarkan kepada kita tentang adanya hal-hal yang dipertukarkan dalam sebuah tindakan. hal tersebut dapat berupa keuntungan ekonomi ataupun status sosial. di sisi lain teori pertukaran sosial juga mencerminkan ketergantungan. Contoh dari perilaku yang didasarkan pada teori pertukaran sosial adalah: 1). Seseorang yang dekat dengan pejabat pemerintahan. Orang tersebut memiliki keinginan untuk naik jabatan. Sedangkan pejabat tersebut membutuhkan orang yang dapat meringankan beban kerjanya. 2). Hubungan antara petani dengan pedagang padi.


Referensi :
Abercrombie, Nicholas, dkk. 2010. Kamus Sosiologi. Yogyakarta. Pustaka Pelajar
Beilharz, Peter, 2005. Teori-Teori Sosial Observasi Kritis Terhadap Filosof Terkemuka, Yogyakarta, Pustaka Pelajar.
Ritzer, George. 2012. Teori Sosiologi Dari Sosiologi Klasik Sampai Perkembangan Terakhir Postmodern. Edisi ke-8. Yogyakarta. Pustaka Pelajar
Ritzer, George. 2014. Teori Sosiologi Modern. Edisi ke-7. Yogyakarta. Kencana
Ritzer, George. 2014. Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda. Cetakan ke-11. Depok. RajaGrafindo Persada
Weber, Max. 2009. Sosiologi. Yogyakarta. Pustaka Pelajar

2 comments:

  1. Referensi rujukannya semakin kompleks.

    ReplyDelete
  2. mari gabung bersama kami di Aj0QQ*c0M
    BONUS CASHBACK 0.3% setiap senin
    BONUS REFERAL 20% seumur hidup.

    ReplyDelete

Post Top Ad

Responsive Ads Here