AL KINDI, BAPAK FILSAFAT ISLAM. (Bagian 4, Dalil Adanya Tuhan) - ILMU BAROKAH MANFAAT

Recent

Post Top Ad

Responsive Ads Here

Post Top Ad

Responsive Ads Here

Friday, April 6, 2018

AL KINDI, BAPAK FILSAFAT ISLAM. (Bagian 4, Dalil Adanya Tuhan)

By : Teguh Kasiyanto

Al Kindi mengajukan beberapa argumen untuk membuktikan tentang adanya Tuhan. Argumen-argumen tersebut terdiri dari argumen filosofis dan argumen teologis. Pertama, menurut hukum sebab akibat yang telah dikemukakan di bagian sebelumnya, dinyatakan bahwa alam semesta ini berawal dari ketiadaan. Alam semesta ini juga terbatas dan tidak abadi. Karena alam Berawal dari sebuah ketiadaan, maka berdasarkan hukum sebab akibat sudah tentu alam semesta ini ada yang mengadakan. Yang mengadakan alam semesta inilah yang menciptakannya. Yang menciptakan alam semesta disini adalah Tuhan. Ketika Tuhan sebagai pencipta dan karya ciptanya yang berubah semesta ini ada, maka Dia (Tuhan) berarti ada. Kedua, berdasarkan prinsip bahwa segala sesuatu tidak dapat menjadi sebab atas dirinya sendiri, karena agar dapat menjadi Sebab bagi dirinya sendiri sesuatu itu harus ada sebelum dirinya. Apa yang dimaksud sebagai "sesuatu" disini adalah semesta. Artinya Jika sesuatu tersebut tidak dapat memunculkan dirinya sendiri, maka sesuatu tersebut membutuhkan sesuatu yang berada di luar dirinya untuk menyebabkan dia dapat berwujud. Nah, yang mewujudkan alam semesta ini adalah Tuhan. Secara sederhana dapat kita analogikan alam semesta ini sebagai sebuah kue. Bagaimana mungkin sepotong kue dapat mewujudkan dirinya sendiri tanpa adanya peran manusia untuk membuatnya.?

Baca juga :
http://ilmubarokahmanfaat.blogspot.co.id/2018/01/al-kindi-bapak-filsafat-islam-bagian-3.html

Argumentasi ketiga, berdasarkan analogi antara alam makrokosmos (semesta) dan alam mikrokosmos (manusia). Al-kindi menggunakan analogi kaum Stoik. Kaum  Stoik adalah salah satu aliran filsafat Yunani kuno yang berkembang setelah masa Aristoteles. Menurut argumen ini, persis sebagaimana tubuh manusia yang bergerak dan berfungsi secara tertib dan mulus yang menunjukkan adanya sang pengatur yang cerdas dan tidak kelihatan, yaitu jiwa, demikian juga dengan alam. Alam semesta ini berjalan sesuai dengan keteraturannya sendiri. Oleh sebab itu, keteraturan tersebut pastilah ada yang mengatur. Tuhanlah yang mengatur keteraturan alam semesta, sebagaimana jiwa mengatur segenap anggota tubuh manusia. Meskipun analogi yang digunakan adalah analogi yang biasa dipakai oleh kaum stoicisme yang berkembang dimasa Yunani kuno, Namun bukan berarti Al-Kindi sepakat sepenuhnya dengan ajaran mereka. Al-kindi adalah seorang muktazilah yang taat. Sehingga keyakinan dan senternya terhadap Tuhan sangat kuat. Penggunaan analogi yang dipakai oleh Al-Kindi bukan berarti mendukung metafisika umum stoicisme. Akan tetapi dia hanya menyepakati aspek metodologisnya.
Argumen ke-4 adalah argumen teologis yaitu dalil Inayah. Dalil ini menyatakan bahwa semua gejala alam yang tertib, teratur, dan menakjubkan tidak mungkin terjadi secara kebetulan, melainkan pasti karena adanya tujuan dan maksud tertentu sekaligus menunjukkan adanya Zat Yang Maha Mengatur, yang merupakan pembangkit dari semua pembangkit, yang pertama dari semua yang pertama, dan yang menjadi sebab dari semua sebab. Al-kindi menyatakan:
"Susunan alam dan keteraturannya yang mengagumkan dimana setiap bagian selaras dengan bagian lainnya, beberapa bagian tunduk pada pengaturan bagian lainnya, juga pengaturannya yang sempurna, di mana yang terbaik selalu terpelihara dan yang terpuruk senantiasa ter binasakan, semua adalah penunjuk yang paling baik dan jelas tentang adanya sistem pengaturan yang sangat cerdas, yang dengan demikian menunjukkan adanya Sang Maha pengatur yang sangat cerdas."
"Keteraturan, ketertiban, dan keselarasan alam raya ini adalah wujud dari pengaturan-Nya yang bijak dan sempurna. Sungguh kehidupan alam yang serba teratur dan bijak telah cukup {sebagai bukti tentang ada-Nya) bagi mereka yang mampu melihat dengan pikiran jernih."
Argumentasi yang diajukan oleh al-kindi di bagian akhir tersebut, sering digunakan sebagai landasan para filosof muslim generasi berikutnya. Hal tersebut sudah dapat menunjukkan sekaligus membuktikan jika alam semesta ini diciptakan dari sebuah ketiadaan. Alam semesta ini juga diatur oleh Zat yang Maha Pengatur yaitu Tuhan Yang Maha Esa.




Referensi

Aizid, Rizem, 2013, Sejarah Peradaban Islam Terlengkap Periode Klasik, Pertengahan dan Modern, Yogyakarta, Diva Press.
Asy-Syahrastani, 2009, Terjemah Al-Milal Wa Al Nihal, Surabaya, Bina Ilmu
Khudori Soleh A., 2016, Filsafat Islam Dari Klasik Hingga Kontemporer, Yogyakarta, AR-RUZZ MEDIA.

No comments:

Post a Comment

Post Top Ad

Responsive Ads Here