First Impression To Ijen Crater - ILMU BAROKAH MANFAAT

Recent

Post Top Ad

Responsive Ads Here

Post Top Ad

Responsive Ads Here

Sunday, October 7, 2018

First Impression To Ijen Crater


Sudah cukup lama saya ingin datang ke tempat itu. Namun baru pada kali ini kesempatan itu menghampiri saya. Kesempatan untuk mendaki Gunung Ijen. Saya diajak beberapa teman ke sana untuk sekedar menghilangkan beban-beban keseharian. 
Kami berangkat dari Jember pada hari Sabtu, 6 Oktober 2018 pukul 22.30. kami berangkat berlima dengan mengendarai mobil. Mobil melaju dengan kecepatan sedang. Kami sempat beristirahat sebentar di daerah Sempol, tak jauh dari portal pertama. Kami tiba di tempat parkir kendaraan pukul 01.40 WIB. 
Kondisi di tempat itu sudah sangat ramai. Meskipun letaknya berada di lereng gunung, namun malam ini sedang sangat padat. Diperkirakan lebih dari 10000 orang akan mendaki Ijen malam ini. Kami beristirahat sejenak di sebuah warung untuk sekedar meminum teh hangat dan mencicipi pisang goreng yang khas. 
Pukul 02.15 kami menuju tempat pembelian tiket. Harga tiketnya cukup terjangkau, hanya Rp7.500,ⁿⁿ/orang. Setelah membeli tiket, pendakian pun dimulai. Suhu udara ketika kami baru sampai di tempat ini terasa dingin awalnya. Namun setelah pendakian dimulai, udara dingin tersebut tak terlalu menggigit kulit.
Bintang-bintang sedang bertaburan di atas langit. Langit sangat cerah meskipun angin bertiup lumayan kencang. Jalanan yang berpasir dan berdebu kami lalui. Sesekali jalanan mendatar dan mudah dilewati. Namun jalanan menanjak lebih dominan daripada mendatar.
Ratusan orang berjalan beriringan dengan menyalakan senter dan penerangan dari handphone. Beberapa orang harus diangkut dengan gerobak dengan mengeluarkan uang yang lumayan. Ya, bagi mereka yang tidak memiliki tenaga atau tidak ingin kelelahan sampai di puncak, mereka dapat menggunakan jasa naik semacam gerobak Yang didorong dan ditarik oleh 3 orang. Untuk jasa naik ke atas, penumpangnya akan dikenakan Rp600.000,ⁿⁿ. Sedangkan untuk perjalanan Kembali ke tempat parkir, mereka yang menggunakan jasa tersebut dikenakan biaya Rp200.000,ⁿⁿ/orang.
Perjalanan untuk mendaki memang sangat melelahkan. Namun karena didorong oleh keinginan yang kuat, saya tak terlalu menghiraukan rasa lelah. Lagi pula, pendakian saat itu bersama banyak orang. Sehingga suasana horor yang biasanya muncul di tempat-tempat gelap tak terasa mencekam. Suara angin yang menderu-deru seperti sapuan ombak di samudra Terdengar sangat merdu. Adanya angin itulah yang sedikit menghilangkan rasa lelah.


Baca Juga : 


Pukul 04.08 WIB kami tiba di atas. Namun fenomena blue fire yang katanya bisa dilihat dari atas pagi ini tak terlalu terlihat. Kita masih harus menuruni bebatuan terjal menuju dekat kawah. Dengan dibantu teman saya berusaha menuruni bebatuan yang sulit. Pukul 04.35 kami telah menempuh lebih dari setengah perjalanan untuk turun ke kawah. Namun kami berpapasan dengan pendaki pendakian sudah kembali untuk turun. Mereka menyampaikan bahwa fenomena blue fire pagi ini cukup kecil dan telah hilang. Lagi pula matahari yang terbit lebih awal juga sudah hampir menampakan dirinya.



Bau asap belerang yang tercium sangat kuat. Beberapa orang yang bekerja untuk mengangkut belerang dari kawah telah memulai rutinitasnya. Kami mengabadikan beberapa momen di beberapa spot di tempat ini. Kami memulai untuk naik kembali hingga ke tempat yang cukup datar. Di sana banyak orang berkumpul bersama teman-temannya, tak hanya orang-orang Indonesia bahkan banyak di antara mereka dari mancanegara. Pagi itu sungguh hiruk-pikuk telah terjadi di tempat yang jauh dari pusat Kota dan keramaian.
Angin bertiup dengan sangat kencang pagi ini. Debu dan kerikil berhamburan kesana dan kemari terbawa tiupan angin. Angin yang cukup kencang ini seakan-akan hendak menerbangkan dan menghempaskan pendaki yang sedang berada di tempat itu. Pukul 05.40 WIB, kami segera turun kembali ke lokasi parkir. 
Perjalanan kembali memang tak sesulit mendaki. Namun kencangnya hembusan angin berkali-kali membuat mata kelilipan. Angin itu juga menebarkan aroma belerang yang menyengat. Jalanan yang berdebu membuat jalan sangat licin. Setiap yang turun harus benar-benar berhati-hati agar tidak terpeleset.
Perjalanan turun memerlukan waktu yang lebih pendek. Pukul 07.00 WIB kami tiba di tempat parkir kendaraan. Kami kemudian beristirahat sejenak. Warung-warung begitu ramai dikunjungi wisatawan. Diantara mereka ada yang makan, ada pula yang sekedar ngopi. Yaah. Begitulah Kawah Ijen. Tuhan begitu hebatnya menciptakan tempat yang demikian indah. Kita patut bersyukur bahwa tempat indah ciptaan Tuhan itu ada di Indonesia.

No comments:

Post a Comment

Post Top Ad

Responsive Ads Here