Thomas Hobbes : Negara Monster (Bagian 1) - ILMU BAROKAH MANFAAT

Recent

Post Top Ad

Responsive Ads Here

Post Top Ad

Responsive Ads Here

Friday, October 5, 2018

Thomas Hobbes : Negara Monster (Bagian 1)



Sumber : Resplash

Latar Belakang Thomas Hobbes
         Thomas Hobbes adalah seorang filosof besar yang hidup di Britania Raya. Dia lahir pada 5 April 1588 M. "Hobbes adalah seorang filosof yang sulit diklasifikasikan kedalam kelompok tertentu." (Russell, 2007:717). Thomas Hobbes adalah orang yang mengagumi matematika. Akan tetapi Hobbes tidak hanya mengagumi matematika murni, melainkan juga matematika terapan. Kekagumannya terhadap matematika dipengaruhi oleh Galileo Galilei.
          Ayah dari Thomas Hobbes adalah seorang vikaris (seorang Pastur yang mewakili beberapa tugas dalam Keuskupan). Ayah Hobbes adalah orang yang berwatak keras dan tak berpendidikan. Ayahnya kehilangan pekerjaannya sebagai vikaris karena bertengkar dengan sesama vikaris di pintu gereja. Hobbes selanjutnya dididik dan dibesarkan oleh pamannya. Meskipun dibesarkan oleh pamannya, namun sikap semangat dan kasarnya tak jauh dari ayahnya. 
           Thomas Hobbes menguasai pengetahuan klasik di usia empat tahun. Perjalanan intelektual Hobbes berlanjut di Oxford. Pada usianya yang kelima belas dia belajar logika di universitas tersebut. Namun, hasil belajar bertahun-tahun tentang logika tidak terlalu bermanfaat bagi Hobbes pada waktu-waktu berikutnya. 
           Pada usianya yang ke 22 tahun, Thomas Hobbes menjadi guru dari Lord Hardwick. Dengan Lord Hardwick-lah dia berkelana mendalamin karya-karya Galileo dan Kepler. pemikiran kedua tokoh tersebutlah yang mendominasi Hobbes. Hobbes tinggal di Prancis untuk beberapa waktu bersama muridnya. Pada 1636, dia pergi ke Italia dan bertemu Galileo. Setahun kemudian, Hobbes kembali ke Inggris.
           Thomas Hobbes belajar metode resoluto-compositive dari Galilea. Menurut metode ini, "fenomena iompleks dapat diuraikan menjadi gerakan-gerakan dan komponen-komponennya yang paling sederhana". (Losco & William, 2005:73). Setelah elemen-elemennya dapat diketahui, maka dengan mudah juga akan diketahui cara kerjanya. Untuk membuat sebuah kajian yang sistematis, menurut Hobbes sebuah studi sistematis ada dalam tiga bagian. Bagian-bagian tersebut dimulai dari gerakan Gerakan benda (De Corpore), selanjutnya berkembang pada gerakan-gerakan manusia (De Homine) dan gerakan politik (De Cite). setiap kajian pada tingkatan tertentu didasarkan pada analisis pada tingkatan yang lebih rendah.

Baca Juga :

AL KINDI, BAPAK FILSAFAT ISLAM   (Bagian 5, Sifat Tuhan dan Relevansi Pemikiran Di Zaman Now)

          Pada setiap karya karya nya, Thomas Hobbes selalu menuliskan kisah kisah ataupun gagasan tentang absolutisme monarki. Pada tahun 1640 dia membagikan naskahnya yang belum selesai yaitu The elements of law. Dua tahun kemudian tepatnya pada tahun 1642, Hobbes kembali membagikan edisi terbatasnya yang berjudul De Cite (On The Citizen). Atas keberpihakannya terhadap sistem monarki, Hobbes tidak cukup dikenal di kalangan masyarakat Inggris saat itu. Dia kemudian melarikan diri ke Perancis karena khawatir dengan keselamatannya. Di Prancis dia menjadi guru pribadi dari Prince of Wales yang sedang diasingkan oleh raja Charles II. 
           Hobbes melontarkan karyanya yang fenomenal pada tahun 1651. Leviathan muncul di tengah Gejolak yang terjadi di Inggris. Raja Charles I dieksekusi dan digantikan oleh Cromwell sebagai Lord Protector. Hobbes kembali ke Inggris pada tahun 1652. Dia mulai mendapatkan perhatian dari karangan luas karena pemikirannya tentang kedaulatan, agama dan monarki. dia juga terlibat perdebatan dengan Profesor geometri dari Oxford yaitu John Walis.  
           Pada 1668 Hobbes menyelesaikan sebuah karya tentang Catatan sejarah 1640-1660 yang berjudul Behemouth. Saat itu Hobbes mulai banyak mendapatkan kritik dari berbagai kalangan. Charles yang merupakan anak didik Hobbes mencoba melindungi gurunya tersebut. Dia menyarankan agar gurunya tidak lagi menerbitkan tulisan tulisan yang kontroversial. 
           Thomas Hobbes meninggal pada tahun 1679. Dia meninggal pada usia 91 tahun. Sebelum dia meninggal, dia sempat menyelesaikan sebuah karya terjemahan. karya-karya yang sebelumnya dilarang diterbitkan oleh kerajaan Inggris, mulai diterbitkan setelah Hobbes meninggal dunia. Meskipun tidak semua dari kita menyetujui sistem pemerintahannya monarki, akan tetapi Hobbes menawarkan pemikiran baru tentang absolutisme monarki.
Bersambung!!!


Referensi:
Hardiman, F. Budi, 2011, Pemikiran-pemikiran Yang Membentuk Dunia Modern, Jakarta, Erlangg
Heywood, Andrew, 2014, Politik, Yogyakarta, Pustaka Pelajar
Losco, Joseph & Williams, Leonard, 2005, Political Theory Kajian Klasik dan Kontemporer, Jakarta, PT RajaGrafindo Persada
Palnquis, Stephen, 2007, Pohon Filsafat, Edisi ke-2, Terj, Muhammad Shodiq, Yogyakarta, Pustaka Pelajar
Russell, Bertrand, 2007, Sejarah Filsafat Barat, Cet Ke-3, Yogyakarta, Pustaka Pelajar
Syam, Firdaus, 2010, Pemikiran Politik Barat, Jakarta, PT Bumi Aksara.

No comments:

Post a Comment

Post Top Ad

Responsive Ads Here