Thomas Hobbes : Negara Monster (Bagian 2) - ILMU BAROKAH MANFAAT

Recent

Post Top Ad

Responsive Ads Here

Post Top Ad

Responsive Ads Here

Friday, October 5, 2018

Thomas Hobbes : Negara Monster (Bagian 2)



Sumber : Resplash

 Leviathan
          Leviathan adalah karya utama dari Thomas Hobbes. karya inilah yang membuat nama Thomas Hobbes masih cukup dikenal hingga saat ini. Kata "Leviathan" muncul pada kitab perjanjian lama. Leviathan digambarkan sebagai seekor monster ular. Namun menurut Russell dalam bukunya menyebut jika Leviathan adalah sejenis monster laut. Secara umum Leviathan adalah upaya Hobbes untuk menyusun argumen dasar kewajiban berpolitik. (Heywood, 2014:103).
            Thomas Hobbes sedikit banyak juga terpengaruh oleh pemikiran pemikiran Aristoteles. Aristoteles 384-322 SM) yang hidup pada masa Yunani kuno menyatakan jika sistem politik yang baik adalah sistem yang tidak terlalu ke kanan dan tidak terlalu ke kiri. Dalam hal ini Palnquis 2007, 342-344) mengartikan terlalu ke kanan sebagai sistem demokrasi, dan terlalu ke kiri sebagai sistem monarki absolut.
           Aristoteles memilih sistem politik yang di tengah-tengah. dalam hal ini negara tidak dipimpin oleh seorang raja sebagaimana sistem monarki absolut, tetapi juga tidak dipimpin oleh seorang presiden sebagaimana sistem demokrasi. Aristoteles mengusulkan kaum bangsawan yang terdidiklah yang patut menjadi Pemimpin sebuah negara.


Baca Juga :
Thomas Hobbes : Negara Monster (Bagian 1)


           Leviathan terdiri dari empat bagian. Bagian pertama tentang manusia (Of Man), bagian kedua tentang persemakmuran (Of Common Wealth), bagian ketiga tentang persemakmuran Kristen (Of a Christian Common Wealth) dan bagian keempat tentang kerajaan kegelapan (Of .the Kingdom of Darkness). Dua bagian yang awal mungkin masih relevan didiskusikan oleh mahasiswa masa kini. Sedangkan dua bagian terakhir dari karya tersebut hanya cocok diketahui pada masa itu saja. (Losco & William, 2005:74)
           Thomas Hobbes dapat dikatakan sebagai perintis materialisme modern. (Hardiman, 2011:59). Dia hidup menurutnya tidak lain kecuali sebuah gerakan anggota badan, dan makanya mesin otomatis mempunyai sebuah kehidupan tiruan (artificial life). Persemakmuran adalah bentuk dari monster Leviathan. Leviathan adalah monster raksasa yang diciptakan oleh manusia. Leviathan adalah makhluk tiruan manusia (artificial man). Sedangkan sebuah kedaulatan adalah jiwa dari manusia tiruan itu. proses berkumpulnya manusia untuk membentuk persemakmuran/leviathan, ibarat Sabda Tuhan tak Allah menciptakan manusia. (Russell, 2007:720)
           Pada bagian awal Leviathan, Thomas Hobbes menyatakan bahwa perasaan berasal dari adanya tekanan dari objek-objek. Selain perasaan, warna bunyi dan yang lainnya tidak ada dalam objek. Sifat-sifat dalam objek yang berkaitan dengan perasaan adalah berasal dari gerakan. Pikiran manusia tidak akan berubah dengan sewenang-wenang. pikiran tersebut dapat berubah dengan adanya dalil-dalil yang dapat menekan keyakinan ataupun kepercayaan sebelumnya. (Russell, 2007:721).
          Manusia adalah makhluk yang hidup dengan dorongan gairah. salah satu hasrat yang dapat menimbulkan konflik adalah hasil untuk selalu mendapat pandangan baik dari orang lain. Gairah tersebut hanya akan berhenti ketika kematian telah menemui manusia. Meskipun demikian juga ada hasrat untuk menimbulkan perdamaian bersama. akan tetapi hasrat kedamaian tersebut tak lebih sebagai wujud dari ketakutan manusia akan kematian. (Losco & William, 2005:74-75)
           Thomas Hobbes juga pernah menyanggah Plato. Plato berpendapat Jika akar adalah bawaan sejak lahir. Sedangkan Hobbes berpendapat jika akal dapat berkembang sesuai dengan perkembangan industri. Pendapat kedua ini tampak lebih terbukti kebenarannya saat ini. Ada banyak hal dan pengetahuan yang dulu tidak ada namun dengan teknologi, ilmu dan pengetahuan tersebut sekarang ada di sekitar kita.
           Dahulu sebelum adanya kerajaan dan sistem pemerintahan, manusia hidup secara individual dan dapat bertindak bebas. Namun karena adanya ketakutan dan sebagai upaya melindungi dirinya, manusia kemudian menaklukkan manusia-manusia lain dengan jalan kekerasan. Untuk menghindari pola kehidupan yang kasar dan keras, manusia kemudian berkelompok atau hidup secara berkomunitas. Kesepakatan untuk hidup berkomunitas Inilah yang disebut dengan kontrak sosial.
           mereka yang hidup secara berkoloni tas kemudian taat kepada pemimpin otoritas tertinggi. Mereka mengakhiri masa masa perang sesama manusia untuk saling bersatu. Hobbes menyatakan bahwa alasan manusia saling berkumpul adalah untuk menyelamatkan manusia dari perang dunia. Karena manusia memiliki kecenderungan untuk menikmati kebebasan dirinya dan berkuasa atas orang lain.
           manusia tidak dapat bekerja sama sebagaimana lebah dan semut dalam membangun komunitasnya. Menurut Hobbes, Hal ini dikarenakan adanya perbedaan sifat perjanjian yang terjadi. Perjanjian yang terjadi di antara lebah dan semut semut bersifat alami. sedangkan perjanjian yang terjadi di antara manusia bersifat semu. tentu hal tersebut tergantung pada kebutuhan dan kepentingan kelompok manusia saat membentuk komunitas/leviathan. (Russell, 2007:723-724).
           Hobbes sangat menyukai sistem pemerintahan monarki. Namun penjelasannya yang abstrak tentang leviathan, mengakibatkan setiap sistem pemerintahan yang dipimpin oleh seorang pemimpin atau dewan dapat dikatakan sebagai leviathan. Jika ada pembagian kekuasaan, maka tidak dapat dinyatakan sebagai leviathan. Pembagian kekuasaan inilah yang menurut Hobbes menjadi pangkal terjadinya perang di Inggris saat itu. Kekuasaan dibagi atas raja, kaum bangsawan dan rakyat. Bersambung!!!

Referensi:
Hardiman, F. Budi, 2011, Pemikiran-pemikiran Yang Membentuk Dunia Modern, Jakarta, Erlangg
Heywood, Andrew, 2014, Politik, Yogyakarta, Pustaka Pelajar
Losco, Joseph & Williams, Leonard, 2005, Political Theory Kajian Klasik dan Kontemporer, Jakarta, PT RajaGrafindo Persada
Palnquis, Stephen, 2007, Pohon Filsafat, Edisi ke-2, Terj, Muhammad Shodiq, Yogyakarta, Pustaka Pelajar
Russell, Bertrand, 2007, Sejarah Filsafat Barat, Cet Ke-3, Yogyakarta, Pustaka Pelajar
Syam, Firdaus, 2010, Pemikiran Politik Barat, Jakarta, PT Bumi Aksara.

No comments:

Post a Comment

Post Top Ad

Responsive Ads Here