Wayang kulit Lakon Babad Hastinapura Versi Ki Manteb Soedarsono - ILMU BAROKAH MANFAAT

Recent

Post Top Ad

Responsive Ads Here

Post Top Ad

Responsive Ads Here

Friday, October 19, 2018

Wayang kulit Lakon Babad Hastinapura Versi Ki Manteb Soedarsono


Sumber Cerita : Punakawan

Kisah ini dipentaskan dalam rangka haul Ki Narto Sabdo Palon tanggal 13 Oktober 2018.
Suatu ketika di Kahyangan Suralaya sedang diadakan pertemuan agung. Bathara Guru atau SangHyang Jagad Giri Nata yang merupakan pemimpin para dewa pemimpin halamannya pertemuan besar itu. Bathara Narada yang merupakan Kakak dari Bathara Guru memulai laporannya. Bathara Narada berkata, "Wahai Paduka, Apakah engkau sudah menjatuhkan dosa kepada hamba?" Bathara Guru menjawab, "wahai kakakku Kaneka Putra, sesungguhnya aku tidak sedang menjatuhkan dosa atau siksa kepadamu?"
Bathara Narada yang mendengarkan pernyataan adiknya tersebut kemudian menjadi tenang. Bathara Narada kemudian berkata, "Wahai Bathara Guru, sesungguhnya di arcapada sedang terjadi huru-hara besar yang diakibatkan oleh sebuah hutan yang angker. Hutan yang disebut dengan nama hutan ingas/rengas itu sangat angker dan berbahaya. Tidak ada manusia ataupun Dewa yang berani ke sana. Jika musim kemarau, gatal yang timbul dari hutan tersebut sampai di Kahyangan Suralaya sehingga membuat para Dewata terganggu." 
Bathara Guru yang mendengar laporan dari Bathara Narada terdiam sejenak. Bathara Guru selanjutnya bersabda, "Jika kondisinya demikian, maka saya akan mengadakan sayembara. Barangsiapa dapat menebang hutan tersebut maka akan dibangunkan sebuah kerajaan yang megah." Seluruh Dewa yang mengikuti pertemuan tersebut mendengarkan sabda Bathara Guru dengan seksama. 
Selang bebeerapa waktu dari penyampaian sayembara tersebut, datanglah Bathara Penyarikan yang menghadap pada Bathara Guru. Karena kedatangan Bathara Penyarikan tanpa dipanggil oleh Bathara Guru, maka Bathara Guru kemudian bertanya, "Wahai Penyarikan, kenapa engkau menghadap tanpa kuperintahkan?" Bathara Penyarikan kemudian menjawab, "Ampun Pukulan, saya menghadap karena diluar sedang ada Bathara Ganesha dan putranya yang bernama Bharata ingin menghadap."
Bathara Guru selanjutnya memperkenankan Bathara Ganesha dan putranya untuk menghadap. Bathara Guru kemudian bertanya, "Wahai Bathara Ganesha, mengapa engkau jauh jauh dari Arga Liman menghadap ke sini bersama putram tanpa Aku perintahkan?" Bathara Ganesha kemudian menjawab, "Wahai Paduka, hamba dan Putra hampa akan mengikuti sayembara yang Paduka sampaikan untuk menebang hutan Ingas." Bathara Guru berkata, "Apakah engkau benar-benar berani dengan segala resikonya?" Bathara Ganesha dan Bharata menjawab, "hamba siap menanggung segala resikonya, apapun dampaknya Akan saya usahakan." Bathara Guru kemudian berkata, "baiklah, jika demikian tekad kalian silakan berangkat dan semoga berhasil." Bathara Ganesha dan Bharata segera meninggalkan Kahyangan menuju hutan Ingas.
Setelah Bathara Ganesha dan Bharata meninggalkan Kahyangan, Bathara Guru kemudian berbincang-bincang dengan Bathara Narada. "wahai kakakku apakah kiranya yang menyebabkan Ganesha berani melakukan tindakan itu," tanya Bathara Guru. Bathara Narada menjawab, "Tidakkah engkau ingat bahwa Ganesha adalah dewa pengetahuan? Aku yakin Ganesha akan menggunakan seluruh pengetahuannya agar terhindar dari rasa gatal hutan tersebut." Bathara Guru kemudian memanggil kedua putranya yaitu Batara Wisnu dan Batara Brama. Bathara Guru memerintahkan keduanya untuk turun ke pertapaan Sapta Arga menemui Putra mereka yaitu Bermani. Segeralah berangkat mereka berdua menuju pertapaan tersebut. Mereka diutus untuk menyuruh Bermani untuk membantu Ganesha dan putranya.
Bathara Ganesha dan Bharata telah tiba di hutan angker tersebut. Dengan segala kekuatan dan kemampuannya, mereka berusaha merobohkan bangunan yang ada di hutan tersebut. Ajaibnya, setiap satu pohon berhasil ditumbangkan,, pohon tersebut selalu dapat tegak kembali. Proses ini berlangsung terus-menerus hingga membuat Ganesha dan putranya kebingungan.
Di tengah-tengah hutan angker tersebut, penghuni hutan yang berasal dari golongan raksasa dan makhluk halus menghadap pada Bathari Durga. Bathari Durga marah-marah ketika mengetahui Ganesha dan putranya mengobrak-abrik tempatnya. "Aku adalah istri Sanghyang Pramesthi dan telah ditempatkan di tempat ini, tapi mengapa tempat ini sekarang di rusak?", Teriak Bathari Durga. Bathari Durga kemudian menyuruh Jaramuka dan Kala Lindur Sengara untuk memimpin pasukan lelembut menghadang keinginan Ganesha dan putranya.
Pertarungan yang sengit segera terjadi. Jaramuka menyerang Putra Ganesha. Sedangkan Kala Lindur Sengara melawan Ganesha. Pertarungan berlangsung sangat lama. mereka saling pukul saling tendang dan saling adu kesaktian satu sama lain. Penganut Durgaberusaha keras mengusir Ganesha dan putranya agar tidak mengganggu wilayah hutan tersebut. Dua pemimpin pasukan makhluk halus Durga berhasil dikalahkan. Meskipun demikian mereka tidak berhasil dibunuh oleh Ganesha dan putranya.
Bharata berkata, "Wahai Ayah, Tidakkah kita lebih baik menghabisi seluruh pasukan Durga?" Bathara Ganesha menjawab, "itu sangat sulit anakku, dan jika kita melanjutkan menebang pohon yang terus-menerus bangkit lagi, itu juga membuang-buang tenaga. sebaiknya kita menunggu waktu yang tepat dan bersemedi untuk menunggu waktu tersebut." Bharata menyemangati saran dari ayahnya tersebut.
Di tempat lain Bathara Indra juga turun ke dunia. Bathara Indra berkata, "Aku yakin jika tujuan Ganesha dan putranya pasti berhasil. Akan tetapi dalam keyakinan Bathara Indra, jika kerajaan tersebut dibangun di hutan Ingas, maka suatu ketika kerajaan tersebut akan menimbulkan pertikaian." Bathara Indra kemudian menuju hutan Wanamarta untuk menemui Wilawuk. Bathara Indra juga akan membuat kerajaan yang megah di hutan Wanamarta untuk menghindari pertikaian yang mungkin terjadi akibat kerajaan yang dibangun oleh Bathara Guru, atas keberhasilan Ganesha dan putranya.
Bathara Indra yang telah berada di Wanamarta mulai berbincang-bincang dengan Wilawuk. "Wahai Baginda, ada maksud apakah sehingga Paduka sampai di hutan ini?" Kata Wilawuk. Bathara Indra berkata, "Wahai Wilawuk, ketahuilah jika Dewata sekarang memiliki tujuan besar untuk membangun kerajaan di hutan Ingas. aku juga akan membangun sebuah kerajaan untuk menghindarkan konflik yang akan terjadi di kemudian hari. aku tahu jika di tengah hutan ini ada banyak harta yang terpendam. Oleh sebab itu, Aku mau minta bantuan kepada bangsa-bangsa Gandarwa untuk ikut serta dalam pembangunan kerajaan baru itu." Mendengar permohonan Bathara Indra, Wilawuk pun menyanggupinya. 
Bathara Wisnu dan Bathara Brama telah sampai di gunung Sapta Arga. Mereka berdua yang telah bertemu dengan Bermani dan Istrinya yaitu Dewi Srihunon serta Ki Lurah Semar Badranaya dan Panakawan yang lain. Bathara Wisnu dan Bathara Brama segera menjelaskan maksud dari kedatangan mereka. Bermani kemudian diminta segera membantu Ganesha dan putranya menebang hutan angker tersebut.
Bermani segera berangkat dengan disertai para Panakawan. Sesampainya di hutan Ingas, Bharatamasih terus menerus merobohkan pohon yang selalu dapat bangkit kembali. Bharata setelah Hampir Putus Asa menghadapi hal tersebut. Semar Badranaya segera memerintahkan Bermani untuk membantu Bharata, dengan cara setiap pohon yang akan bangkit kembali dilontarkan senjata Cakra. Usaha Bermani tersebut segera membuat hutan angker menjadi tempat yang lapang.
Bharata yang menyaksikan Robohnya pohon dan disusul terbakar oleh api, merasa tersinggung dengan kehadiran Bermani.  Bharatatidak mau mengucapkan terima kasih dan tidak bersedia menerima bantuan dari Bermani. Bharata menuduh Bermani pamer kesaktian. perselisihan diantara keturunan Dewa tersebut berlanjut hingga pertarungan sengit. Bharata yang terdesak oleh kemampuan perang luar biasa dari Bermani, segera merubah dirinya menjadi seekor gajah raksasa. Bermani yang terpancing, setelah mengeluarkan senjata Cakranya. Belum sempat cakra itu dihempaskan, Semar segera melarangnya dan mengajak Bermani pergi. Semar kemudian berkata, "Janganlah mudah menjadi orang yang gampang terkejut. Biarkanlah Bharata melakukan hal itu dan mendapatkan istana di hutan tersebut. Tapi Ingatlah jika suatu saat kerajaan tersebut hanya akan membuat konflik. Semoga hanya keturunanmulah kelak yang dapat mendamaikan kerajaan tersebut.". Bermani menjadi tenang mendengar perkataan Semar. 
Ganesha yang datang kembali, telah melihat hutan dalam keadaan bersih. Dia kemudian menguji keberhasilan anaknya tersebut dan segera meminta hadiah dari Bhatara Guru. Bathara Guru dan Bathara Narada segera turun dari kahyangan. Bathara Guru mengucapkan selamat atas keberhasilan Ganesha dan putranya. Bathara Guru dan Bathara Narada segera mengheningkan cipta dalam kesunyian. Mereka berdua meminta agar tercipta sebuah kerajaan yang megah.
Istana yangsangat megah segera turun dari atas dan menangkap tepat di tengah-tengah bekas hutan Ingas. Bathara Guru selanjutnya memberi nama kerajaan tersebut dengan nama Ngastina. Bathara Guru juga memakaikan baju kebesaran kepada Bharata. Bharata dinobatkan menjadi raja dengan gelar Prabu Anom Bharata atau Prabu Hesti Murti atau Prabu Gajah Gaya. Bathara Guru Tulis pesan kepada Bharata agar menjaga keadilan yang ada di kerajaan tersebut.
Di Wanamarta Bathara Indra kembali menemui Wilawuk. Dia menanyakan perintahnya untuk membangun istana dari harta Terpendam Apakah sudah terlaksana? Wilawuk menjawab, perintah Paduka telah hamba laksanakan bersama bangsa gandarwa. Kerajaan yang Paduka minta, kami bangun dari berlian dan emas yang berada dalam hutan ini." Bathara Indra berkata, jika demikian adanya aku haturkan terima kasih. Tolong pertemukan Aku dengan teman-temanmu yang berperan dalam pembangunan.!" Bathara Indra dan Wilawuk segera masuk ke kerajaan baru tersebut. 
Mereka berdua segera sampai di istana yang baru dibangun. Mereka bertemu dengan lima orang yang berperan dalam pembangunan istana tersebut. Mereka berlima adalah Yudistira, Danduncana, Suparta, Nakula dan Sadewa. Mereka berlima adalah golongan Gandarwa. Bathara Indraselanjutnya mengucapkan terima kasih kepada mereka berlima. Bathara Indra selanjutnya menjelaskan tentang empat wilayah yang ada di kerajaan baru tersebut. Empat wilayah tersebut adalah: Jodipati, Madukara, Bumi Retawu dan Sawojajar dan pusatnya berada di tengah. Kerajaan baru tersebut diberi nama Indraprasta.
Bathara Indramenobatkan Yudistira sebagai raja sementara di Indraprasta. mereka berlima dipesan agar menjaga kerajaan tersebut dari siapapun yang akan memasuki nya Hingga waktunya tiba. Kelak Jika datang 5 ksatria yang berbudi luhur, itu adalah pertanda kekuasaan kaum gandarwa segera berakhir. Lima Ksatriaitulah yang akan menjadikan Indraprasta tempat yang penuh dengan kebaikan dan budi luhur. Wilawuk yang merupakan abdi setia Bathara Indra diganti namanya menjadi Resi Anggara Parna. Itulah pesan-pesan Bathara Indra kepada mereka semua. 
Di tempat lain bekas hutan Ingas, Bathari Durga marah marah. Dia berencana menggugat kepada Sang Hyang Jagatnata atau Bathara Guru. Dahulu ketika Durga Terusir dari Kahyangan,. Dia ditempatkan di hutan yang angker dan gatal. Surga yang dahulunya memiliki paras yang cantik, dikutuk oleh Sang Hyang Jagatnata menjadi buruk rupa dan berwujud raksasa. Durga yang merasa mendapat ketidakadilan segera menuju Kahyangan Suralaya. 
Di Kahyangan Suralaya Semar Badranaya telah menghadap adiknya Bathara Guru. Semar bertanya, "Mengapa engkau memanggilku melalui panggilan batin? pasti ada hal-hal yang rumit yang tidak mampu ku selesaikan." Bathara Guru menjawab, "Benar Kakak, aku minta tolong kepada Mu untuk menjadi wakil dan menempatkan Durga/Permoni di tempat yang tepat." Semar berkata, "Bukankah Durga itu istrimu? Kau yang dulu memulai dan seharusnya dapat mengakhiri. Mengapa ketika Durga menjadi jelek kemudian kau usir dengan seenaknya sendiri." Bathara Narada berkata, "Wahai kakang Semar, jadilah wakil dari Batara Guru untuk menemui Durga." Semar kemudian menjawab, "baiklah jika demikian, tapi aku butuh tempat untuk menempatkan Durga." Bathara Narada berkata, "Baiklah kakang, akulah yang akan menjadi saksimu."
Semar kemudian menemui Durga yang menghadap ke Kahyangan. Semar berkata, "akan bertemu Siapakah kau Durga ke Kahyangan?". Durga menjawab, "aku akan bertemu Bathara Guru, aku akan mengajukan keadilan. dahulu aku diusir dari Kahyangan dan ditempatkan di hutan yang sangat lebat dan berbisa. Kalau bukan Agung dan prajuritku mungkin sudah musnah di sana. tapi kenapa tempat itu sekarang menjadi sebuah istana megah dan ditempati oleh orang lain?"
Semar terdiam sejenak dan kemudian menjawab, "Ooo begitu. Kau tidak dapat bertemu dengan Sanghyang Jagatnata karena dia sedang sibuk. Dia telah mewakilkan urusan ini kepadaku. Bukankah kau membutuhkan tempat tinggal?" Durga menjawab, Benar kakang." Semar berkata, "kalau begitu Aku akan memberikanmu sebuah tempat. Tapi kau tidak boleh menggugat dan menolaknya. Apakah kau setuju?" Durga menjawab, "Baiklah kakang, aku setuju." 
Semar berkata, "Baiklah Durga, jika kau setujui, Aku akan menjelaskan tempatmu. Tempatmu bernama Krenda Wahana/ Setra Ganda Mayit. Krenda artinya wadah untuk orang meninggal,. wahana artinya kendaraan. Setra artinya padang atau tempat yang luas, ganda mayit artinya berbau mayat. hutan yang akan kamu tempati di bawahnya Terpendam mayat mayat orang meninggal."
Durga berkata, "Ke mana aku harus pergi?" Semar menjawab, "nanti jika telah ada burung gagak/dandang berwarna hitam, Ikutilah burung tersebut ke arah utara hingga dia berhenti dan hinggap. Burung gagak yang hinggap disebut juga dengan Dandang Mangore. Oleh sebab itu, tempat tinggalmu disebut juga Krenda Wahana / Setra Ganda Mayit / Dandang Mangore. itulah tempat tinggalmu, satu tempat dengan tiga nama berbeda." Durga berkata, "Durga, "Baiklah kakang, aku sampaikan banyak-banyak terima kasih kepadamu."  Semar beserta Narada kemudian menghadap pada Sanghyang Pramesti untuk melaporkan hasil dari pekerjaannya.

No comments:

Post a Comment

Post Top Ad

Responsive Ads Here