RESENSI BUKU MEMBACA WAYANG DENGAN KACAMATA ISLAM - ILMU BAROKAH MANFAAT

Recent

Post Top Ad

Responsive Ads Here

Post Top Ad

Responsive Ads Here

Monday, November 20, 2017

RESENSI BUKU MEMBACA WAYANG DENGAN KACAMATA ISLAM

By : Teguh Kasiyanto

Penulis          : Subur Widadi
Penerbit        : CV Farishma Indonesia
Tahun terbit : Mei 2016
Tebal             : XVIII+440 Halaman
Ukuran          : 16x24 cm
Harga             : Rp80.000,00

         Kata pertama yang patut diberikan pada buku ini adalah bagus. Kata ini agaknya tidak berlebihan diberikan kepada buku ini. Buku setebal 440 halaman ini membahas berbagai hal dalam dunia perwayangkulitan.  Penulis mampu menjelaskan berbagai macam makna filosofis dari setiap bagian bagian dalam sebuah pertunjukan wayang kulit. Hal ini mungkin disebabkan karena keterlibatan penulis sendiri di dalam dunia pedalangan. Sehingga dia mampu menjelaskan makna dari setiap sudut wayang kulit dengan sangat baik dan sangat jeli. Di dalam buku ini juga disajikan dalil-dalil dari setiap filosofis yang disajikan. Dalil-dalil tersebut diambil dari Alquran dan as-sunnah. Sehingga nuansa Islami sangat tergambar jelas saat anda mulai membaca buku ini dari bagian awal.
         Buku ini terdiri dari 11 bab utama. Di dalam setiap bab dalam buku ini terdapat subbab-subbab yang memperjelas isi dari masing-masing bab. Bab pertama dari buku ini adalah pendahuluan. Di dalam Bab tersebut, penulis lepas seputar hal-hal yang umum dalam pewayangan. Misalnya, lakon, arena pewayangan, dan beberapa makna dari arena pewayangan tersebut. Bab pertama ini, sudah sangat cukup memberi gambaran umum tentang wayang kulit dan proses pertunjukannya.

         Hal yang masih umum pada bab pertama, diperjelas pada bab-bab berikutnya. Pada bab kedua hingga keempat dari buku ini, membahas tentang urutan dari pertunjukan wayang kulit. Penulis menyajikan urut-urutan pertunjukan wayang kulit dari Jejeran hingga paripurna. Penulis juga memberikan makna filosofis dari masing-masing urutan pertunjukan tersebut. Jadi, jika anda membaca buku ini, maka anda akan mengetahui makna makna yang terkandung dalam urutan pementasan wayang kulit.
         Hal yang tak kalah penting disajikan pada bab berikutnya. Pada abad ke-5 dan ke-6 dari buku ini, Anda akan menemukan pelengkap dari sebuah pertunjukan wayang kulit. Bagian pelengkap tersebut meliputi berbagai macam gamelan yang ada dalam pementasan wayang kulit serta berbagai macam Tembang yang ada di dalamnya. Gamelan-gamelan tersebut memiliki makna makna filosofi yang menarik untuk diulik. Tembang-tembang yang ada pun melambangkan ajakan-ajakan dakwah dari ajaran Islam yang damai dan ramah.
         Mistik adalah hal yang tak dapat dipisahkan dari wayang kulit. Oleh sebab itu bab ke-7 dari buku ini akan membahas beberapa mistik dalam pewayangan. Namun mistik disini bukan berarti mistik kepercayaan orang-orang Awam, akan tetapi mistik yang dialami oleh penulis buku ini sendiri. Beberapa perdebatan tentang sesajen dalam pementasan wayang tak luput menjadi sorotan dari bab jetujuh dalam buku ini.
         Berbicara tentang wayang maka tak lepas dari sejarah dan peran para penyebar Islam terdahulu. Dalam Bab ke-8 hingga Bab ke-10 cari buku ini mengulas tentang Walisongo dan wayang kulit, sejarah pembanding pewayangan, dan fragmen-fragmen pelengkap ornamen. Walisongo sendiri merupakan penyebar Islam di tanah Jawa yang Mansyur pada akhir Kerajaan Majapahit dan kebangkitan Demak Bintoro. Kebijaksanaan para wali dalam berdakwah kepada masyarakat Jawa, membuat rakyat jelata tak lagu beralih agama. Wayang kulit sebenarnya bukanlah hal baru. Karena pada masa kerajaan Majapahit, wayang telah dikenal. Sejarah inilah yang perlu kita ketahui dan kita cermati bersama. Dalam wayang kulit juga tak lepas dari fragmen-fragmen di dalamnya. Mulai dari Jamus Kalimasada hingga cantik janaka.

Baca juga : 

         Identitas dari buku ini sangat tergambar pada bagian akhir. Pada abad ke-11, penulis menyajikan beberapa contoh lampahan dalam sebuah pertunjukan wayang dakwah. Wayang dakwah sendiri adalah pertunjukan yang mulai ramai dipertontonkan akhir-akhir ini. Contoh saja, Ki Enthus Susmono sering mempertunjukkan beberapa pementasan wayang kulit sesuai kreasinya. Yang di dalamnya wayang wayang sangat jauh berbeda dari wayang kulit yang kita kenal selama ini.
       Apakah buku ini benar-benar sempurna.? Tentu saja tidak, kita tidak mengenal kesempurnaan yang mutlak di dunia ini. Buku ini sangat terasa nuansa Islam perkotaan nya. Meskipun buku ini juga mangkat mistik di dalamnya, namun ada upaya penjelasan penjelasan secara ilmiah untuk membantah mistik tersebut. Selain itu, pemberian dalil-dalil Al-Qur'an dan as-sunnah dari setiap makna filosofis dari wayang kulit dalam buku ini, terkesan hanya mengaitkan saja. Seakan tidak pernah ada problem yang terjadi dalam penyesuaian ayat dan makna filosofis dari wayang kulit. Akan tetapi terlepas dari kekurangan kekurangan tersebut, bagi anda para pecinta wayang dan kebudayaan, saya sangat merekomendasikan untuk membaca buku ini.

No comments:

Post a Comment

Post Top Ad

Responsive Ads Here