ANAXIMANDROS, MURID SANG THALES - ILMU BAROKAH MANFAAT

Recent

Post Top Ad

Responsive Ads Here

Post Top Ad

Responsive Ads Here

Tuesday, October 3, 2017

ANAXIMANDROS, MURID SANG THALES

By : Teguh Kasiyanto

Anaximandros adalah murid utama dari Thales. Masa hidupnya diperkirakan antara tahun 610-547 sebelum Masehi. Dia lima belas tahun lebih muda dari gurunya namun meninggal lebih cepat dari Thales. Oleh sebab itu, wajar jika filosofi-filosofinya lebih terkenal daripada filosofi air dari Thales. Anaximandros juga menguasai ilmu astronomi dan ilmu bumi. Salah satu pendapatnya tentang langit adalah, dia menyatakan langit itu bulat dan bumi adalah bidang datar yang silinder didalamnya. Bangunnya silinder, panjang, dan datar pada atasnya. Buah dari pikirannya kemudian diteruskan ke dalam sebuah buku. Maka buku hasil tulisannya layak dijuluki sebagai buku filosof tertua yang pernah ada.

Sebagai murid dari Thales, dia juga mencari dan mempertanyakan asal muasal dari segala sesuatu. Dia tidak menerima begitu saja apa yang dikatakan oleh gurunya. Menurutnya, yang asal itu adalah satu dan tidak banyak. Dia tidak menyepakati jika air adalah pangkal dari segalanya. Menurut hasil pemikirannya, yang awal itu tidak berhingga dan tidak berkeputusan. Dia terus mencari jawaban dari buah pertanyaannya. Yang awal itu tidaklah berhingga. Oleh sebab itu yang lahir dan kelihatan itu pasti memiliki batas. Padahal yang asal itu mestilah tidak berkeputusan.


Anaximandros menyebut unsur yang menjadi dasar dari segalanya adalah Apeiron. Apeiron tidak sama dengan benda-benda yang dapat disaksikan oleh panca indra. Apeiron tidak dapat dirupakan. Segala yang dapat dilihat dan ditangkap oleh pancaindra menurutnya adalah benda yang memiliki batas akhir. Seperti halnya panas dibatasi oleh dingin, gelap dibatasi oleh terang, cair dibatasi oleh beku. Menurutnya, Ketika dingin berakhir maka akan digantikan oleh panas. Dan bagaimana sesuatu yang memiliki batasan tersebut dapat menjadi pangkal dari segalanya yang harus tidak berkeputusan.?
Segala sesuatu yang berbentuk dan dapat dilihat oleh pancaindra, sesuatu itu pasti berhingga dan memiliki akhir. Hidup mati dan kemudian lenyap adalah siklus yang wajar terjadi pada benda yang berhingga dan berakhiran. Dari sinilah nampak kecerdasannya melebihi gurunya. Dia tidak lagi berfikir jika yang asal itu bermula dari yang tampak dan yang lahir.

Anaximandros akhirnya membulatkan pahamnya tentang apieiron. Dari Apeiron segala sesuatu Bermula. Yang panas dan yang dingin, yang panas membalut yang dingin, sehingga yang dingin berada dalam yang panas.  Yang dingin kemudian membeku dan terbentuklah bumi. Sedangkan yang panas menjadi api yang berputar-putar dan pecah. Perpecahan itu menimbulkan adanya lubang lubang. Pecahan-pecahan tadi kemudian membentuk matahari, bulan dan bintang-bintang. Sedangkan bumi semula dibalut oleh uap yang basah. Karena perputarannya, wap tersebut akhirnya mengering. Dan uap yang mengering tersebut akhirnya membentuk laut yang ada pada bumi.
Karena adanya pengaruh panas, maka timbullah air. Kemudian makhluk yang bertingkat-tingkat perkembang dengan cepat. Pada awalnya menurut Anaximandros bumi diliputi oleh air. Oleh sebab itu, makhluk yang pertama muncul berasal dari dalam air.  Setelah muncul daratan, kemudian sebagian dari ikan-ikan itu menjadi hewan-hewan darat. Menurutnya, manusia pada awalnya adalah bagian dari jenis ikan. Setelah muncul daratan, manusia tidak Lantas seperti manusia pada saat ini. Manusia juga tidak dapat berjalan sebagaimana saat ini, akan tetapi Perubahan tersebut terjadi secara perlahan-lahan dari satu generasi ke generasi berikutnya.
Anaximandros berpendapat jika jiwa manusia memiliki kemiripan seperti udara. Jika kita pergi ke abad ke 19, teori anaximandros tentang asal-usul manusia memiliki kemiripan dengan teori Darwinisme. Oleh sebab itu sebenarnya yang lebih layak disebut sebagai Bapak dari teori evolusi adalah Anaximandros. Meskipun dari segi perkembangan ilmu di masa modern ini teori-teorinya sangat aneh, namun dari perkembangan manusia di masa itu, teori dan filosofinya diakui sebagai sebuah kemajuan. Demikianlah pembahasan kita tentang filsafat dari anaximandros.

Referensi:
Hatta, Muhammad, 2006, Alam Pikiran Yunani, Jakarta, UI Pers.

No comments:

Post a Comment

Post Top Ad

Responsive Ads Here