ANAXIMENES, AVATAR DARI MILETOS - ILMU BAROKAH MANFAAT

Recent

Post Top Ad

Responsive Ads Here

Post Top Ad

Responsive Ads Here

Tuesday, October 3, 2017

ANAXIMENES, AVATAR DARI MILETOS

By : Teguh Kasiyanto

Anaximanes adalah murid dari Anaximandros. Berarti dia adalah cucu murid dari  Thales, sang filsuf tertua di Negeri Grik. Dia hidup antara tahun 585-528 sebelum Masehi. Anaximenes merupakan guru filosof alam terakhir di Miletos. Tak lama setelah dia meninggal, tepatnya pada tahun 494 sebelum Masehi, Miletos dikalahkan dan ditaklukkan oleh Persia. Karena peristiwa tersebut, maka para ahli pikir yang tersisa berpencar ke kota-kota di sekitarnya.

Sebagai murid dari Anaximandros, dia juga mengajarkan tentang dasar dan asal usul dari segalanya. Baginya asal dari segalanya adalah yang tunggal dan tak berhingga. Akan tetapi dia tidak sepakat jika yang asal dan tak berhingga itu adalah barang yang tidak mempunyai persamaan dengan benda-benda yang hidup dan tampak. Dia memiliki keyakinan, jika yang menjadi pangkal dari segalanya pasti memiliki hubungan dengan yang tampak dan yang lahir. Barang yang asal itu menurutnya adalah udara. Udara itulah yang satu dan tak berhingga. (Hatta, 2006:12).

Dalam pernyataannya tentang asal usul dari yang ada, Anaximenes kembali mengalami kesamaan pendapat seperti yang dikemukakan oleh kakek gurunya yaitu Thales. Sama seperti kakek gurunya, dalam pandangannya yang asal itu merupakan bagian dari salah satu yang tampak. Akan tetapi yang asal itu bukanlah air. Jika kakek gurunya menyatakan air adalah pangkal dan penghabisan dari segala sesuatu, Maka menurut Anaximenes yang awal itu adalah udara. Udara lah yang membuat makhluk hidup dapat terus hidup. Udara lah yang mengikat alam semesta ini tetap menjadi satu. Barangkali dia terpengaruh oleh pendapat Anaximandros tentang jiwa, menurut gurunya tersebut jiwa itu sama seperti udara. Maka kemudian dia mengambil kesimpulan dari ajarannya, sebagaimana jiwa kita, yang tidak lain daripada udara, menyatukan tubuh kita, demikian pula udara mengikat dunia ini jadi satu.


Untuk pertama kalinya, istilah jiwa masuk lebih rumit dalam filsafat. Namun Anaximenes tidak melanjutkan pemikirannya tentang jiwa sebagai bagian dari dunia. Meskipun demikian, lagi pula Jiwa baru menjadi bahasan setelah filosof-filosof alam mulai lenyap. Ilmu tentang jiwa baru mulai muncul dan diperdalam setelah masa Aristoteles. Kemudian ilmu tentang jiwa tersebut diberi nama Psikologi. Para filosof alam hanya berusaha mencari tahu tentang asal dari segalanya. Sebagaimana tubuh kita yang tersusun dari jiwa yang berupa udara, maka tatkala jiwa tersebut terlepas dari badan, Ropoh lah badan tersebut. Sama halnya dengan dunia ini, saat udara tidak ada, runtuhlah segala isinya.

Baca juga :
Udara adalah benda, begitulah pendapat Anaximenes. Dia mulai membedakan yang hidup dan yang mati. Menurutnya, yang hidup tersebut memiliki jiwa yang berupa udara. Sedangkan makhluk akan mati jika ia menghembuskan jiwanya. Meskipun antara dia, gurunya, dan kakek gurunya memiliki pendapat tentang yang mendasari alam semesta, namun Anaximenes satu langkah lebih maju daripada guru-gurunya. Dia mempertanyakan tentang gerakan apa yang dapat menciptakan segala sesuatu di alam semesta ini.? Sebuah pertanyaan logis yang tidak muncul pada generasi sebelumnya.

Sebagai seorang yang ahli dalam ilmu alam, Anaximenes berusaha menjawab pertanyaan pertanyaannya dengan mempelajari setiap pengalaman yang ia lalui. Semuanya terjadi karena adanya gerakan udara tersebut. Saat udara jarang atau renggang maka muncullah Abi beserta kobarannya. Begitu pula saat udara tersebut memadat dan menggumpal, maka muncullah angin yang kemudian membentuk awan dan terus memadat.
Dan awan yang padat tersebut turun sebagai air hujan. Dari air menjadi tanah. Dan tanah yang padat menjadi batu yang sangat keras. Dari uraian yang tentang proses terbentuknya alam, tentu dapat dikatakan jika pemikirannya jauh lebih maju daripada guru-gurunya. Akan tetapi dalam hal bangun ruang dan tatanan alam semesta, dia masih jauh terbelakang dibandingkan Anaximandros gurunya.  Menurutnya, bumi itu datar seperti permukaan meja yang bundar. Kemudian bumi tersebut ditopang oleh udara yang tidak memiliki ruang gerak sama sekali. Hal itulah yang menyebabkan bumi tetap pada tempatnya.  Sementara matahari, bulan dan bintang dilahirkan dari bumi. Uap air yang naik ke atas dari permukaan bumi, kemudian semakin jarang dan membentuk api. Aoi tersebutlah yang kemudian menjadi matahari, bulan dan bintang. Diantara bintang-bintang tersebut ada yang seperti bumi.  Bintang-bintang tersebut tidak berputar Kembali ke bawah, akan tetapi ia mengorbit berkeliling di atas bumi. Hal ini nampak seperti topi yang berputar-putar di kepala seorang manusia.

Demikianlah tentang Anaximenes yang memiliki pola pikir cukup maju. Meskipun pendapatnya sangat aneh-aneh dan sebagian kurang logis di zaman ini, namun upaya kritisnya Dalam menggapai kebenaran dan pengetahuan patut kita apresiasi. Semoga tulisan ini dapat benar-benar bermanfaat.

Referensi:
Hatta, Muhammad, 2006, Alam Pikiran Yunani, Jakarta, UI Pers.

No comments:

Post a Comment

Post Top Ad

Responsive Ads Here