THALES, SEGALANYA DARI AIR - ILMU BAROKAH MANFAAT

Recent

Post Top Ad

Responsive Ads Here

Post Top Ad

Responsive Ads Here

Sunday, October 1, 2017

THALES, SEGALANYA DARI AIR

By : Teguh Kasiyanto

Thales adalah filosof Yunani golongan pertama. Tidak banyak yang tahu mengenai Kapan ia dilahirkan. Hal ini seperti para pujangga Grik yang tidak diketahui pasti kapan tahun kelahirannya. Akan tetapi menurut sebagian orang, Thales diperkirakan hidup antara 625-545 sebelum Masehi. Dia tergolong orang yang memiliki kepandaian diatas rata-rata masyarakat saat itu. Thales cuka termasuk ke dalam tujuh manusia istimewa yang dikenal karena petuah-petuah nya yang pendek. Seperti: "ingat akhirnya", "tahan amarahmu", dan petuah-petuah lainnya yang pendek-pendek. Tujuh orang istimewa tersebut diantaranya adalah: Thales, Solon, Bias, Pitakos, Chilon, Periandos dan Kleobidos.

Thales adalah seorang Saudagar. Dia sering berlayar menuju negeri Mesir dan sekitarnya. Thales juga dikenal sebagai seorang ahli politik di Miletos. Di sela-sela kesibukannya, Ia masih menyempatkan waktunya untuk mempelajari ilmu matematika (ilmu pasti) dan ilmu astronomi atau ilmu Nujum. Menurut orang-orang di zaman itu sebagaimana yang dinyatakan oleh Hatta dalam bukunya, Thales mempergunakan ilmu Nujumnya untuk mencapai kekayaannya. Dalam kisah yang lain,  ia meramalkan tentang akan terjadinya gerhana matahari di hari tertentu dan bulan tertentu. Akhirnya pada tahun 585 sebelum Masehi, gerhana matahari tersebut benar-benar terjadi. Keahlian yang tersebut menunjukkan bahwa dia mewarisi ilmu matematika bangsa Babilonia yang terkenal.

Thales menghabiskan waktunya untuk menyisihkan diri dari pergaulan dan menggunakan waktunya untuk berpikir. Pikirannya selalu terikat kepada alam semesta. Suatu ketika, dia berjalan-jalan dan matanya asyik memandang ke langit. Kemudian Ia pun terjatuh. Seorang wanita tua yang melihatnya pun tertawa dan berkata, "Hai Thales jalan di langit engkau ketahui, tetapi jalanmu di atas bumi ini tidak kau tahu". Dari segi historisitas, Thales layak untuk disebut sebagai bapak filosof Yunani. Karena dia adalah orang yang dengan rajin terus berfilsafat dan mengajarkan filsafatnya dari mulut ke mulut. Ajaran-ajarannya terus berkembang dari mulut ke mulut murid-muridnya. Hingga sampailah ke Aristoteles, baru ada pembukuan tentang pemikiran-pemikiran filosofis.

Menurut Aristoteles, inti dari ajaran Thales adalah semuanya satu yaitu semuanya itu air. Menurut Thales, segalanya bermula dari air dan akan kembali kepada air. Sehingga menurutnya, sumber dari penciptaan itu adalah air. Thales mendapatkan Kesimpulan tersebut dari pemikirannya. Dia selalu mempertanyakan dari mana alam ini Bermula.? Kenapa yang menjadi penghabisan dari alam ini.? Dua pertanyaan tersebutlah yang menjadi landasan dari hasil pemikiran Thales.

Untuk mengetahui penghabisan dari alam, Thales tidak menggunakan tahayul yang berkembang pada masa itu. Akan tetapi dia menggunakan akal dan logikanya. Dia mempergunakan pengalamannya sebagai Saudagar, untuk mencari jawaban dari pertanyaan-pertanyaannya. Sebagai seorang saudagar yang sering berlayar ke Mesir,  dia sering menyaksikan air laut yang begitu menakjubkan. Bahkan penduduk Mesir pun sangat bergantung pada air yang mengalir dari Sungai Nil. Tanpa air dari Sungai Nil, Mesir hanyalah sebuah gurun pasir yang tandus. Di sisi lain, Thales juga sering menyaksikan ombak ombak yang besar menggulung kapal-kapal dan apa yang ada di sekitarnya. Kemudian barang-barang itu hanyut dan lenyap ditelan ombak. Pepohonan pepohonan yang ada di hutan,pun juga hanyut tatkala terkena air. Kemudian beserta benihnya, pohon-pohon itu hanyut hingga ke pantai. Dan sebagian dari benih pohon tersebut, akhirnya tumbuh di tempat lain. Hal serupa juga terjadi pada bibit-bibit tumbuhan yang juga dapat tumbuh karena adanya air. Pengalamannya sebagai Saudagar, sangat mempengaruhi hasil pikiran-pikirannya tentang penciptaan dan penghabisan alam semesta.

Segalanya itu air. Itulah perkataan dari Thales. Benar dan tidaknya perkataan ini tidak menjadi masalah bagi kita. Karena dengan adanya pendapat dari Thales, maka pemikiran orang-orang Yunani yang serba ajaib menjadi lebih terbuka. Walaupun sebenarnya Thales juga masih menganut animisme. Animisme adalah suatu kepercayaan yang menyatakan bahwa benda-benda yang mati juga memiliki jiwa. Oleh sebab itu, dia juga menyatakan antara hidup dan mati tidak terdapat jurang pemisah. Sebagai bukti jika benda-benda tersebut memiliki jiwa, dia mencontohkan batu yang digosok dapat menarik benda-benda di sekitarnya.

Demikianlah pemikiran-pemikiran dari seorang filosof Yunani yang tertua. Meskipun dia masih menganut animisme, namun upaya yang menggunakan logika dalam mengungkap sebuah kebenaran asal-muasal dari alam semesta, patut kita hargai. Semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi siapapun yang membacanya.

Referensi:
Hatta, Muhammad, 2006, Alam Pikiran Yunani, Jakarta, UI Pers.

Lokasi Gambar Ilustrasi: Pantai di Munjungan, Trenggalek Tahun 2017

1 comment:

Post Top Ad

Responsive Ads Here