XENOPHANES, BERFIKIR YANG ESA - ILMU BAROKAH MANFAAT

Recent

Post Top Ad

Responsive Ads Here

Post Top Ad

Responsive Ads Here

Friday, October 6, 2017

XENOPHANES, BERFIKIR YANG ESA

By : Teguh Kasiyanto

Xenophanes adalah salah satu filosof yang terkenal di kota Elea. Kota Elea terletak di sebelah Selatan Semenanjung Italia. Kota ini menjadi pusat perkembangan filsafat mulai tahun 540-460 sebelum Masehi. Xenophanes lah yang mengajarkan filsafat di kota tersebut. Ciri khas dari filosof-filosof di kota ini adalah mereka selalu mempertanyakan bagaimana sifat yang ada.? Selain itu juga terkenal dengan pandangan yang satu. Selain Xenophanes, juga terdapat tiga orang filosof Elea yang terkemuka. Mereka adalah: Parmenides, Zeno, dan Milesos.

Xenophanes dilahirkan di sebuah kota yang bernama Kolophon di Asia Minor. Xenophanes diperkirakan hidup antara tahun 580-470 sebelum Masehi. Saat dia berusia 25 tahun, dia meninggalkan kota tempat kelahirannya. Hal ini dikarenakan kota kelahirannya telah dikuasai oleh Persia. Semenjak saat itu, Xenophanes berkelana kemana-mana. Hingga akhirnya ia memutuskan untuk menetap di kota Elea. Untuk mencukupi kebutuhannya, dia menafkahi dirinya dari bernyanyi dan melagukan syair-syair yang amat mendalam arti dan penafsirannya.

Xenophanes adalah orang yang taat. Dia taat beribadah juga dapat beragama dengan baik. Hatinya senantiasa diliputi oleh ruh yang suci. Dia selalu menghabiskan waktu waktunya untuk mengesakan Tuhan. Nyanyian nyanyiannya mengajak orang-orang untuk beragama dan taat dalam beribadah. Sampai usianya lanjut, dia tetap setia menjalankan dakwahnya dengan menyanyikan lagu-lagu yang bermakna dalam.
Syair-syair Xenophanes, menentang segala jenis takhayul di masa itu. Dia menentang kepercayaan masyarakat kota Elea masyarakat di masa itu mempercayai adanya Tuhan yang bermacam-macam. Tuhan yang dipercayai oleh masyarakat adalah kepala dari setiap perbuatan yang mereka lakukan. Contohnya adalah adanya Tuhan yang mengepalai kejujuran, pencurian, perampokan, pembunuhan dan segala jenis Tuhan yang dianggap melandasi perbuatan-perbuatan manusia. Xenophanes juga mengkritik penyair-penyair di masa itu yang melagukan tentang Tuhan.


Dalam pandangan Xenophanes, Tuhan itu tidak banyak. Tuhan Itu Satu dan tidak berbelang. Suatu ketika saat dia menghadiri sebuah perjamuan, dia mengajukan tuntutan kepada yang hadir. Dia menuntut yang hadir di pertemuan tersebut untuk memanggil Tuhan dengan perkataan-perkataan yang bagus dan memuji ketinggian-Nya. Xenophanes juga memerintahkan agar mereka hidup secara sederhana dan menjadikan ruhnya terpuji. Janganlah memuji dan menyanyikan lagu-lagu tentang panglima perang terdahulu. Yang harus ditinggikan adalah budi. Bagi Xenophanes, Tuhan Itu Satu. Tuhan yang Esa dan tak ada yang serupa dengannya. Tuhan yang Esa tersebut merajai dewa dewa yang dipercayai oleh manusia. Tuhan yang Esa tersebut tidak dijadikan, tidak bergerak dan tidak berubah rubah. Tuhan yang Esa tersebut mengetahui seisi alam, mendengar semuanya dan berfikir seluruhnya. Sangat mudah Bagi Tuhan untuk mengendalikan alam semesta ini dengan pikiran-Nya. Sungguh pikiran-pikirannya sangat mengesakan Tuhan.
Kepercayaan di masa itu meyakini adanya Tuhan yang banyak dan berupa rupa. Xenophanes kemudian menyindir perbuatan-perbuatan yang demikian. Dia kemudian berkata, makhluk yang fana ini, mengira seakan Tuhannya itu dilahirkan, berbaju, bersuara, dan bertubuh seperti mereka pula. Akan tetapi kalau sapi, kuda dan singa memiliki tangan dan pandai menggambar niscaya mereka akan menggambarkan Tuhannya sama halnya seperti mereka. Sangat halus dia menyindir masyarakat masa itu. Dalam syairnya yang lain dia berkata, " tidak dari semulanya Tuhan memperlihatkan semuanya kepada makhluk yang fana. Sejalan dengan kemajuan masa, mereka itu akan mendapat yang baik, asal mereka berusaha mencapainya."


Yang asal itu adalah satu. Sebagaimana yang telah diajarkan oleh para filosof alam dari kota Miletos. Anaximandros maupun Anaximenes juga menyatakan yang demikian. Akan tetapi Xenophanes menyatakan yang satu adalah Tuhan. Dan yang satu tersebut lebih tinggi dari yang lain. Petuah-petuah dari Xenophanes membuatnya memiliki pengaruh besar dalam perkembangan filosof di kota Elea. Perkataan-perkataan nya muncul dari lisannya begitu saja. Dia tidak menjadi Mahaguru dari filsafat di kota itu. Parmenides lah yang menjadi Mahaguru setelahnya.

Demikianlah pemikiran-pemikiran dari sang peng-Esa Tuhan. Sebuah kemajuan pemikiran manusia dalam mencari yang asal dan Maha Tinggi. Semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca pembacanya. Semoga setiap pembaca mampu menemukan kebenaran yang sejati.

Referensi:
Hatta, Muhammad, 2006, Alam Pikiran Yunani, Jakarta, UI Pers.

No comments:

Post a Comment

Post Top Ad

Responsive Ads Here