DISKUSI PUBLIK TENTANG PLURALISME DI SOKA RADIO JEMBER - ILMU BAROKAH MANFAAT

Recent

Post Top Ad

Responsive Ads Here

Post Top Ad

Responsive Ads Here

Wednesday, December 6, 2017

DISKUSI PUBLIK TENTANG PLURALISME DI SOKA RADIO JEMBER

Reporter : Teguh Kasiyanto

Sabtu tanggal 2 Desember 2017, aku mendapat pesan untuk mengisi diskusi publik di Soka Radio Jember. Aku diminta mengajak serta seorang teman. Kami diminta untuk membahas tentang pluralisme. Nama acara tersebut adalah RUBRIK, yang disiarkan secara on air putih hari Minggu 3 Desember 2017 pukul 14.00-15.00 WIB.

Studio Soka Radio Jember

Konsep diskusi tersebut adalah tanya jawab antara presenter kepada kami. Presenter acara tersebut adalah Mas Rhichi Putra. Saat saya mengajak Fatikhun Nada, sesama Gusdurian Jember. Gus Dur menang adalah sosok yang layak menjadi panutan dalam hal Pluralisme. Oleh sebab itu, sesekali diskusi dilakukan dengan menyebutkan beberapa ka5a yang pernah diutarakan oleh Guru Banget KH Abdurrahman Wahid khususnya tentang pluralisme.
Indonesia adalah sebuah negara yang terbangun dalam bingkai pluralitas. Ingatlah semboyan negara kita "Bhinneka Tunggal Ika Tan Hana Mangruwa" yang artinya walaupun berbeda-beda tetapi tetap satu jua. Sebagai bukti semboyan tersebut, kita memiliki beraneka ragam budaya, bahasa, suku dan agama yang bersatu dalam Indonesia. Tentu saja kita tidak dapat menolak pluralisme dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Isu anti pluralisme akhir-akhir ini sering muncul. Isu tersebut terbukti dengan semakin seringnya gesekan-gesekan antar golongan. Padahal kita sadar jika kita adalah negara kepulauan yang besar. Pluralisme adalah sebuah kemutlakan yang tidak dapat ditolak oleh seluruh elemen bangsa ini. Orang-orang yang menerjemahkan pluralisme secara radikal, harus kembali menyadari jika pluralisme dalam konteks keindonesiaan adalah kesatuan yang dibangun dari perbedaan-perbedaan yang ada.
Tubuh kita sebenarnya telah mengajarkan pluralisme. Kita Renungkan bersama, jika mata kita tidak mampu mengenali berbagai macam objek, dirantai kita tidak pluralis. Begitu juga dengan telinga kita. Itulah sebabnya kita sangat membutuhkan pluralisme pada konteks keindonesiaan. Itulah sekilas pembahasan pada publik tersebut.

No comments:

Post a Comment

Post Top Ad

Responsive Ads Here