RESENSI BUKU KITAB EPOS MAHABHARATA - ILMU BAROKAH MANFAAT

Recent

Post Top Ad

Responsive Ads Here

Post Top Ad

Responsive Ads Here

Sunday, December 10, 2017

RESENSI BUKU KITAB EPOS MAHABHARATA

By : Teguh Kasiyanto

Penulis          : C Rajagopalachari /YUDHI MURTANTO
Penerbit        : Laksana
Tahun Terbit : 2017
Tebal             : 484 Halaman
Ukuran          : 15x24 cm
Harga             : Rp110.000,00
ISBN.              : 9786024071783


Epos adalah bentuk cerita-cerita kepahlawanan pada masa lampau. Epos pada umumnya berbentuk syair-syair yang sangat panjang dan banyak. Salah satu emosi yang terpanjang dan legendaris adalah epos Mahabharata dan Ramayana. Di Indonesia khususnya pulau Jawa dan pulau Bali, epos Ramayana dan Mahabharata menjadi sumber dari lakon dalam pementasan wayang, baik wayang kulit maupun wayang orang yang berpegang pada Pakem.
Penulis dari epos Mahabharata adalah Resi Wiyasa. Dari beliaulah epos Mahabharata diturunkan dan diajarkan kepada murid-muridnya. Dari murid-muridnya lah, epos Mahabharata terus diturunkan kepada masyarakat saat ini. Epos Mahabharata terus diturunkan kepada masyarakat saat ini pada saat Resi Wiyasa telah menyelesaikan ceritanya, dia kebingungan mencari orang yang cocok untuk menuliskan ceritanya tersebut. Dalam kebingungannya tersebut datanglah Dewa Brahma. Resi Wiyasa kemudian menjelaskan Jika ia memiliki sebuah cerita namun tidak ada yang dianggap pantas untuk menuliskannya. Karena permohonannya tersebut, Dewa Brahma kemudian memberikan petunjuk untuk memanggil Ganapati. Menurut Dewa Brahma, Ganapati adalah orang yang tepat untuk menuliskan seluruh kisah yang telah disusun oleh Resi Wiyasa. Setelah Ganapati datang, Resi Wiyasa menjelaskan maksudnya memanggil Ganapati. Ganapati menyanggupi permintaan dari Resi Wiyasa. Sebaliknya Rossi Wiyasa juga mengajukan sebuah syarat kepada ganapati selama penulisan naskah Mahabharata.

Baca Juga :

Epos Mahabharata adalah salah satu pos yang menarik sekaligus membangun kesadaran jiwa. Cerita tersebut dimulai dari seorang tokoh yang bernama Dewa Brata. Seorang raja yang terpikat kepada kecantikan Dewi Gangga. Seorang bidadari yang menjalani kutukan di Arcapada. Dari perkawinan dewabrata dan Dewi Gangga, lahirlah 8 orang anak. Dari 8 orang anak tersebut, hanya anak terakhir Lah yang hidup, sementara 7 Anak sebelumnya dibuang oleh Dewi Gangga dalam sungai. Anak kedelapan inilah yang kemudian diberi nama Bhisma.
Dari Bisma inilah, alur dari epos Mahabharata mulai hidup dan muncul konflik konflik. Bhisma telah berjanji untuk mengabdikan seluruh hidupnya untuk membela Hastinapura. Di kemudian hari Hastinapura dipimpin oleh keponakannya yang bernama Pandu. Pandu sendiri adalah adik dari Destarata. Destarata mempunyai anak sebanyak seratus orang yang kemudian disebut dengan Kurawa. Sementara Pandu memiliki 5 orang putra dari dua orang istrinya, lima anak Bandung tersebut kemudian disebut dengan Pandawa. Perebutan tampuk kekuasaan Hastinapura antara Pandawa dan Kurawa dipenuhi dengan intrik-intrik politik yang sangat Rugi untuk dilewatkan. Intrik intrik politik ini kemudian terjadinya perang besar di Kurusetra yaitu perang Baratayuda.
Perang Baratayuda sendiri, melibatkan kerajaan-kerajaan besar yang merupakan persekutuan dari masing-masing pihak. Epos Mahabharata ini diakhiri dengan musnahnya klan Yadawa yang merupakan penduduk dari Duaraga. Setelah wafatnya Krishna, tampuk kekuasaan Hastinapura diserahkan kepada Putra Abimanyu yang bernama Pari Kesit. Dan epos tersebut ditutup dengan Ujian terakhir bagi para Pandawa menuju Alam Nirwana.
Secara keseluruhan kitab epos Mahabharata ini adalah sebuah mahakarya yang ditulis ulang dan diceritakan kembali. Meskipun epos tersebut difilmkan dan ditayangkan di televisi nasional, namun tentunya interpretasi yang akan didapatkan oleh pembaca akan sedikit berbeda, antara menonton di televisi dan membaca teks buku secara langsung. Bagi para pecinta evos, epos Mahabharata layak tertinggi di hati pembacanya. Semoga tulisan ini dapat bermanfaat dan mendatangkan kebaikan bagi kita semua. Dan jangan pernah berhenti untuk menggali pengetahuan seluas-luasnya dan sedalam-dalamnya.

No comments:

Post a Comment

Post Top Ad

Responsive Ads Here